"GENG SOLO" DAN SIAPA BAGONG?
Print Friendly and PDF
-->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

"GENG SOLO" DAN SIAPA BAGONG?

الخميس، 24 أبريل 2025,


 

Oleh Agung Marsudi

PAGI ini matahari jumawa dengan sinarnya yang keemasan. Malam tadi bulan yang berkuasa. Agaknya, negeri ini gak butuh amat presiden yang katanya, heroik, yang ksatria, yang patriotik jika menghadapi tembok "Geng Solo" tak tembus.

Saya asli Solo, tidak palsu. Sekolah dan menghabiskan masa muda di Solo. Lalu menjadi Pujakesuma, Putra Jawa Kerja di Sumatera. Kini pulang ke Solo.

Bahkan ketika ada "kerumunan" di depan rumah Jokowi, 16 April 2025, saya ada di situ. Di tengah-tengah orang-orang yang memakai kaos hitam bertuliskan, "Taat Intruksi" bergambar Jokowi. Saya mendengar teriakan, "Solo mbledhos, Indonesia mbledhos". Rupanya anggota Geng Solo tidak hanya "jenderal-jenderal" tapi juga wong cilik, ada "Alap-Alap Jokowi". Belum lagi bolo pendhem, "Samber Nyowo".

Dalam konteks kepemimpinan nasional, tentu tidak ada istilah "Matahari Kembar". Sebab fakta obyektifnya, matahari memang hanya berkuasa siang hari. Malam hari yang berkuasa bulan. Ada Indonesia terang, ada Indonesia gelap. Taktik memimpin yang cerdas. Sangat cerdas. Ada perang kota, ada perang desa atau gerilya.

Pernyataan sikap para purnawirawan prajurit TNI yang nasionalis, yang menginginkan negara dan bangsa ini kembali ke UUD 1945 asli, bukan yang palsu, menemukan jawabannya.

Geng Solo, beda dengan Geng Sumber. Pulang ke Solo, beda dengan "kembali ke Solo". Jika "Alap-Alap" dan "Gagak" bergerak, berteriak, tidak ada yang bisa menghentikan, kecuali Bagong.

Bagong yang piawai menerjemahkan bahasa, "Habis Gelap Terbitlah Terang" dalam bahasa politik Jawa. "Ngono yo ngono, ning ojo ngono".


Solo, 23 April 2025

TerPopuler