Agung Marsudi
Duri Institute
INI KARMA begitu kata Pak Minto, seorang nasionalis tulen, pengagum Bung Karno, usianya sudah 77 tahun lebih. Kata "karma" itu dia sebut terkait dengan ribut-ribut debat capres-cawapres di televisi. Sama-sama berdebat tapi yang dibahas masalah "etika". "Memang berdebat punya etika?" tanyanya.
"Etika" itu kebetulan nama adik perempuannya. Lengkapnya Etika Clara Retno Budiarti. Ia ibu rumah tangga biasa, dengan tiga orang anak. Bayu, Bambang, Baskoro. Ketiganya masih remaja, dan bercita-cita pingin jadi presiden.
Tentu mereka punya "etika" dalam bertutur kata, sebab "Etika" adalah ibunya. _"Jangan gunakan ketajaman bicaramu (mendebat) di hadapan ibumu yang dahulu mengajarimu berbicara.”_
Pesan Ali bin Abi Thalib itu pula yang diingat Bayu, Bambang, Baskoro. Mereka tak boleh saling "berdebat". Menghormati ibunya.
Para calon presiden dan wakil presiden tentu juga punya ibu yang harus dihormatinya, yaitu Ibu Pertiwi. Kepadanya pengabdian tertinggi harusnya ditunjukkan.
Sayang, Ibu Pertiwi kini sedang menangis, mereka tak mendengarkannya. Ibu Pertiwi sedang lara, mereka tak berbuat apa-apa.
Muhaimin, Gibran, Mahfud mau apa? Anies, Prabowo, Ganjar bisa apa? Apa bisa?
26 Januari 2024