Mega & PDIP atau Jokowi dkk yang menang?
Agung Marsudi
Duri Institute
KATA Romy, politisi Partai Persatuan Pembangunan, salah satu ciri khas permainan politik pak Jokowi itu dua, bermain di tubir jurang dan yang kedua, sign kanan belok kiri.
Pesan politisi muda ini jelas, nyrempet-nyrempet bahaya juga, tapi karena posisinya berada di kubu Ganjar, jadi aman. Tak mungkin kena 'selepet', atau disuruh joget gemoy. Sayang, pernyataan Romahurmuziy itu tidak diikuti dengan pertanyaan, pak Jokowi main sendiri atau dan kawan-kawan?
Kini pak Jokowi berseberangan dengan Megawati. Jokowi (tidak bersama PDIP lagi). Meski menteri-menteri dari PDIP tidak ditarik dari kabinet. Artinya, hubungan Jokowi Mega masih "benci tapi rindu".
Meski relasi kuasa bukan cinta, tapi ada saatnya, cinta lama bersemi kembali (CLBK), dan berdampak elektoral. Itulah sejatinya tujuan di balik drama-drama politik negeri ini. Mega & PDIP yang menang atau Jokowi dkk yang menang.
Lalu muncul proganda, yang menang yang "curang". Sehingga kata "curang" menjadi menakutkan. "Merah, marah!"
"Banteng ketaton!"
Menang dengan curang bukanlah kejantanan, apalagi keibuan. "Menepuk air di dulang terpercik muka sendiri". Segelas jahe panas di angkringan lebih nikmat dari whiskey di Kempinski.
Selalu saja politik di angkringan lebih berkelas, dibanding yang di Senayan.
Solo, 7 Desember 2023