"Tidak Semua Laki-Laki Dungu"
Oleh Agung Marsudi
"Tidak semua laki-laki bersalah padamu" kalimat pertama, dari potongan lirik lagu dangdut yang didendangkan pak Basofi Soedirman, mantan gubernur Jawa Timur itu memang merdu, mendayu.
Sedang, "Tidak semua laki-laki dungu" adalah pernyataan bung Rocky di sebuah acara Mata Najwa. Ketika pertanyaan seputar pernikahan, di alamatkan ke pria yang mengaku "akalnya sehat" itu.
Jika kata laki-laki, diganti kata presiden, jadilah, "tidak semua presiden dungu". Berarti ada presiden yang pintar.
Jika kata laki-laki, diganti kata capres. Maka, "tidak semua capres dungu". Berarti ada capres yang pintar.
Kata dungu, menjadi populer. Hanya dan jika yang ngomong si Rocky, kata itu memiliki energi umpat yang kuat. Jika yang lain ngomong, tak berbunyi. Tak berenergi. Kata itu seperti lipstik yang melekat di bibir Rocky, yang tipis.
Kini, "bodoh, goblok, tolol, bego, dungu", menjadi deretan kata yang telah membius akal sehat. Sebab menyebutnya seperti ditabukan.
Jika sebelum deretan kata itu disandingkan dengan kata presiden, jadilah "presiden bodoh, presiden goblok, presiden tolol, presiden bego, presiden dungu". Mendengarnya saja ngeri, apalagi mengucapkannya.
Jika sebelum kata-kata itu disandingkan dengan kata capres, jadilah "capres bodoh, capres goblok, capres tolol, capres bego, capres dungu". Sekali lagi, mendengarnya saja ngeri-ngeri sedap, apalagi mengucapkannya.
Deretan kata, "bodoh, goblok, tolol, bego, dungu", yang bermakna "tidak pintar" itu telah memakan korban. Kata itu "bernyawa". Karenanya hati-hati dengan "kata-kata".
Itulah kenapa "kebodohan" harus diberantas. Memberantas kebodohan, seperti memberantas korupsi. Sama-sama harus punya nyali.
"Rocky, nyali, terali". Kewarasan yang akan diuji di pengadilan. Siapa yang sesungguhnya waras.
Hingga, terkesima kita dibuatnya, karena "pengadilan dungu, tersangka dungu, hakim dungu, jaksa dungu, pengacara dungu", sedang menyidangkan kata "dungu".
"Dungu" nya kita, sebagai manusia.
Solo, 11 Agustus 2023