"Rakyat Bertanya Kapan People Power?"
Oleh Agung Marsudi
TULISAN itu nempel di backdrop warna hitam, di Gedung Umat Islam, Kartopuran, Solo, Ahad (11/6/2023).
Ada dialog nasional, sempena ultah 26 tahun Mega-Bintang, Bolone Wong Cilik. Di podium, ada 9 orang narasumber berjejer. Nampak Amin Rais, Syahganda Nainggolan, Eggi Sudjana, Ahmad Khozinuddin, Mayjen (Purn) Deddy S Budiman, Rizal Fadillah, KH Syukri Fadholi, dan M Taufik.
Apa yang terjadi, seru. Seru di kamera. Seru di ruangan, (tak) seru di lapangan.
Meski alas digelarnya acara ini, terkait perkembangan demokrasi yang dirasakan pada saat ini mengarah pada liberalisme, komunisme bahkan otoriterisme yang jauh dari pandangan Demokrasi Pancasila sebagai nafas perjuangan bangsa Indonesia.
Tapi, apa yang bisa diharapkan, dari diskusi berlabel nasional itu. Kalau masih jualan "people power" gak jualan ide dan gagasan yang biasa dikoar-koarkan. Di acara yang riuh itu, Amin Rais serukan azan "Hayya alal Jihad" lengserkan Jokowi. Sementara menurut wong cilik, Amin Rais sudah lamis.
Syahganda, dan kawan-kawan, masih keasikan propaganda.
Sejak pertemuan politik di Kebagusan pada 6 Mei 1997, antara petinggi PPP dan Mega. Meski bukan koalisi resmi, fenomena Mega-Bintang saat itu, telah menjadi kerikil-kerikil tajam, yang menyuarakan reformasi.
Fenomena Mega Bintang, sebuah gerakan yang diinisiasi oleh Mudrick. M. Sangidoe itu telah berusia 26 tahun. Kini terus bermetamorfosa dan bertransformasi, sebagai kekuatan sosial politik baru. Apalagi jelang Pemilu 2024, suhu politik mulai memanas.
Apakah gemuruh Mega-Bintang, akan menggemuruhkan Ganjar sebagai capres PDIP-PPP. Belum ada jawaban. Sebab, baik mega maupun bintang, masih melayang di angkasa, langit politik Indonesia.
Yang satu, ngakunya "partai wong cilik", yang satu "bolone wong cilik".
Wong cilik Indonesia sengaja dipelihara, dibiarkan berkembang biak, bertambah banyak, tak boleh naik kelas, sehingga jutaan wong cilik itu tetap menjadi konstituen yang menguntungkan.
Mega-Bintang, lahir di Solo, besar di Solo, sebelum akhirnya ada yang pulang ke Solo.
Solo, 11 Juni 2023