"Membaca Integrity, Integritas Denny"
Oleh Agung Marsudi
SENANG bisa membaca surat INTEGRITY, dari tuan Denny Indrayana kepada yang terhormat Ibu Megawati, tertanggal 2 Juni 2023, seperti yang berada di tangan para awak media dan tersebar di sosial media, kabar seru, sinyal siasat penundaan pemilu.
Di paragraf dua, menarik dikutip: "Ibu Mega adalah negarawan, mengedepankan kepentingan bangsa. Terbukti di 2014 Ibu mencapreskan Joko Widodo. Meskipun, Ibu bisa saja maju sendiri. Lalu Ibu memilih Ganjar Pranowo, meskipun Ibu bisa memutuskan Mbak Puan Maharani".
Dari 10 paragraf surat penting INTEGRITY itu untaian kata-katanya menarik, dan menukik. Dikirim dari Melbourne, Australia.
Indrayana membawa isu hukum ke ruang publik, terutama ada "klik" penundaan pemilu, dengan menyoal sistem pemilu legislatif, proporsional tertutup atau terbuka, yang mengeram di Mahkamah Konstitusi, menetas dan menggelinding menjadi wacana politik.
Ia berharap, agar hukum tidak diputuskan di ruang gelap yang transaksional dan koruptif. Untuk itu ia mengirim surat ke Ibu Megawati.
Ia juga khawatir gerakan penundaan pemilu menguat lagi. Menurut Wamenkumham di era SBY ini, siasat penundaan pemilu, nyata-nyata melanggar konstitusi.
By the way, Denny Indrayana mendapat panggung politik baru. Satu panggung di Indonesia, satu lagi di Australia. Mendadak namanya kembali menjulang. Kantor hukumnya Integrity, bak selebriti. Dikabar-kabari, dikabarkan tiap hari di televisi. Iklan gratis, jelang Pemilu 2024.
Di surat itu, di bawah, di atas namanya, Prof. Denny Indrayana, S.H., LL.M., Ph.D., dibubuhi tanda tangan dengan tinta basah "warna biru", bukan "warna merah".
Jagat hukum, dan politik setali tiga uang, bisa digoyang, tak bisa dikekang.
Solo, 3 Juni 2023