Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Materi Cerpen Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IX B SMPN 2 Tanjung Jabung Timur Tahun Ajaran 2021/2022
Print Friendly and PDF
-->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Materi Cerpen Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IX B SMPN 2 Tanjung Jabung Timur Tahun Ajaran 2021/2022

الاثنين، 1 مايو 2023,

 


ABSTRAK

 

Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Materi Cerpen Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe  Jigsaw  pada Siswa Kelas IX B SMPN 2 Tanjung Jabung Timur Tahun Ajaran 2021/2022, Nanik Tri Rahayu

 

Kata kunci: Pembelajaran kooperatif dan Jigsaw

 

Penelitian model kooperatif adalah Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil dengan anggota yang heterogen dan saling bekerjasama dalam menyelesaikan suatu tugas. Jigsaw merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa untuk dapat bekerjasama dalam kelompok asal maupun kelompok ahli untuk menguasai suatu materi. Tujuan penelitian ini adalah Untuk meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara Pada Siswa, Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara Pada Siswa dan Untuk menjadikan pembelajaran yang menyenangkan dan aktif dalam keterampilan berbicara. Metodologi penelitian pada penelitian ini adalah  penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Penelitian ini dilakukan di ruang kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi tahun ajar 2021/2022. Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap, Tahun Ajaran 2021/2022 yang akan dilaksanakan pada semester genap selama bulan Agustus sampai Oktober 2022. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini telah berhasil dilakukan dengan adanya perubahan nilai peserta didik di kelas. Dapat dilihat dari hasil rata-rata prasiklus 56,2 dan siklus 1 rata-rata adalah 71 sedangkan rata-rata siklus 2 adalah 83 dari jumlah siswa sebanyak 25 orang.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat menentukan seberapa jauh kemajuan suatu bangsa baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pentingnya pendidikan ini menuntut agar pendidikan selalu dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman agar tidak menjadi bangsa yang tertinggal. Pendidikan merupakan acuan keberhasilan sebuah negara, karena jika sebuah negara memiliki masyarakat yang bernilai pola pikir tinggi sudahlah tentu mampu mengembangkan segala sektor baik pembangunan maupun perekonomian. Pendidikan juga merupakan tolak ukur keberhasilan seseorang dalam bertindak. Untuk itu diperlukan pembelajaran khusus melalui pendidikan formal.

Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih efisien dan efektif.  Begitu juga pendapat Darsono (2000:24) bahwa pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik.

 Proses pembelajaran melibatkan komponen-komponen yang saling berhubungan yaitu guru dan siswa. Komponen-komponen ini memiliki perannya masing-masing dan juga saling berkaitan satu sama lain. Misalnya, siswa membutuhkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan sebaliknya guru membutuhkan siswa untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hubungan timbal balik antara setiap komponen pembelajaran ini diperlukan dalam mewujudkan pembelajaran yang hidup, sehingga menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Siswa sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran memiliki tingkat kecerdasan dan karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, sedang dan ada pula yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun, jika dilihat dari usianya, siswa SD umumnya berada dalam tahap perkembangan karakteristik yang aktif, senang bermain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan suka mencari perhatian. Melihat karakteristik umum siswa tersebut, dapat menjadi jalan bagi guru untuk memotivasi dan mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, salah satunya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang harus dijunjung tinggi oleh setiap individu masyarakat Indonesia. Melalui Bahasa Indonesia kita dapat menjalankan fungsi bahasa sebagai bahasa Nasional yang mampu menyatukan beragam adat, budaya dan bahasa yang dimiliki daerah masing-masing. Bahasa Indonesia dapat diperoleh dari pembelajaran baik formal maupun nonformal. Anak sejak dini dikenalkan Bahasa Indonesia agar kelak mereka mampu berkomunikasi dengan sesamanya yang berasal dari daerah lain. Pembelajaran bahasa yang diperoleh dibangku formal seperti kita pelajari sejak SD sampai dibangku kuliah.

Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia siswa akan belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan benar. Komunikasi yang baik dan benar dapat berupa lisan maupun tulisan. Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi bangsa Indonesia secara nasional, sehingga kemampuan berkomunikasi lisan maupun tulisan dengan baik dan benar sangat diharapkan ada pada setiap siswa. Semua siswa tidak akan mampu memahami pelajaran-pelajaran lainnya tanpa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar karena dalam pelaksanaan setiap mata pelajaran dibutuhkan adanya komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun antar sesama siswa. Hal ini yang merupakan salah satu sebab mengapa bahasa Indonesia harus diajarkan karena merupakan dasar dari semua pembelajaran. Kenyataan ini juga terjadi pada siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Berikut ini adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yakni siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini terjadi karena kurangnya motivasi dan konsentrasi belajar pada siswa. Keterampilan tersebut adalah keterampilan berbicara.

Keterampilan adalah suatu kemampuan dan kapasitas yang diperoleh melalui usaha yang disengaja, sistematis, dan berkelanjutan untuk secara lancar dan adaptif melaksanakan aktivitas-aktivitas yang kompleks atau fungsi pekerjaan yang melibatkan ide-ide (keterampilan kognitif), hal-hal (keterampilan teknikal), dan orang-orang (keterampilan interpersonal). Hendri Guntur Tarigan (2013: 2) mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa (language arts, language skills) mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills).

Mengatasi permasalahan terkait kurangnya keterampilan berbicara pada

siswa tersebut, dapat dilakukan melalui salah satu model pembelajaran, yaitu pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Metode  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.

Menurut Robert E. Slavin (2005: 246) Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel. Karena memiliki sifat yang fleksibel maka Jigsaw dapat diterapkan pada berbagai materi pelajaran termasuk materi pelajaran yang terdapat dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengharuskan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok ahli dan menyampaikan hasil diskusi dalam kelompok ahli masing-masing kepada temannya dalam kelompok asal. Dalam penyampaian informasi hasil diskusi pada kelompok asal, semua siswa akan dituntut untuk berbicara dan mengembangkan keterampilan berbicara yang dimilikinya. Melalui latihan inilah, apabila dilakukan secara terus-menerus dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Berdasarkan pembahasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul  Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Materi Cerpen Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe  Jigsaw  Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tahun Ajaran 2021/2022.”

 

1.1      Tujuan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1.         Untuk meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw.

2.         Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur  melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3.         Untuk menjadikan pembelajaran yang menyenangkan dan aktif dalam keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah metode Jigsaw dapat meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur?

Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bermanfaat bagi:

a.        Bagi Siswa

1)       Meningkatkan nilai keterampilan berbicara siswa

2)       Membangkitkan motivasi belajar untuk memperoleh pengalaman belajar.

3)       Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.

b.       Bagi Guru

1)       Memberikan bahan masukan sebagai inovasi bagi guru dalam

meningkatkan mutu pelajaran di kelasnya.

2)       Memberikan pengalaman bagi guru terkait penelitian tindakan kelas.

3)       Meningkatkan keterampilan mengajar bagi guru.

 

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Karya ilmiah ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Daryanto (2011: 4) mengungkapkan, “PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

PTK ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan dalam mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olah raga, seni dan budaya, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama (Gunawan, 2013: 80). Sedangkan menurut Sukmadinata (dalam Gunawan, 2013:83) “Metode kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif, dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu”.

                Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2010:4) mengatakan “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.” Sedangkan menurut Moleong (2010:6) mengatakan bahwa “ Penelitian Kualtatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain., secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Dalam penelitian seorang peneliti harus mampu mengungkapkan fakta-fakta atau data yang sesuai dengan objek sebenarnya atau apa adanya dengan cara mendeskripsikan data. Menurut Moleong (2010:11) “Metode deskripsi yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.” Dengan demikian data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif akan menggunakan data yang berasal dari wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

 

Setting Penelitian

a.        Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi tahun ajar 2021/2022.

b.       Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap, Tahun Ajaran 2021/2022 yang akan dilaksanakan pada semester ganjil selama bulan Februari sampai April 2022.

 

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang berjumlah sebanyak 25 orang, terdiri dari 12 perempuan dan 13 laki-laki. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.

 

Metode Pengumpulan Data

metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Suharsimi Arikunto, 2010: 175) sedangkan menurut Sugiyono (2012: 193-194) bila dilihat segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

 

1.         Tes Unjuk Kerja

Tes unjuk kerja yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu berupa tes yang dilakukan ketika siswa melakukan kegiatan berbicara di depan temantemannya secara individu. Aspek yang dinilai dalam tes ini diantaranya aspek kabahasaan yang meliputi pengucapan atau lafal, intonasi, diksi atau pilihan kata, struktur kalimat, dan aspek nonkebahasaan yang meliputi sikap tenang dan wajar, gerak-gerik dan mimik yang tepat, volume suara, kelancaran dan ketepatan, dan penguasaan topik.

2.         Observasi

Observasi ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan di kelas oleh siswa dan guru. Observasi juga dilakukan selama berlangsungnya tindakan penelitian pada pembelajaran keterampilan berbicara.observasi ini dilakukan untuk mengamati kesesuaian aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi.

3.         Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010: 329). Dokumentasi dalam penelitian ini berupa data siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, data nilai keterampilan berbicara. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1)         Instrumen tes unjuk kerja

Instrumen tes unjuk kerja akan membantu peneliti untuk mendapatkan hasil peningkatan keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Instrumen ini merujuk pada pendapat Sri Hastuti (1993: 73-82) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh para pembicara diantaranya faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi pengucapan atau lafal, diksi atau pilihan kata, struktur kalimat dan intonasi. Sedangkan faktor nonkebahasaan yang yang ditekankan disini adalah sikap tenang dan wajar, gerak-gerik dan mimik yang tepat, volume suara, kelancaran dan ketepatan, dan penguasaan topik. Adapun kisi-kisinya sebagai berikut.

 

Tabel 3.1. Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara

No

Aspek yang dinilai

Unsur-unsur

Skor maksimal

1

Kebahasaan

a.        Pengucapan atau lafal

10

 

 

b.       Intonasi

15

c.        Diksi atau pilihan kata

15

d.       Struktur kalimat

10

2.

Nonkebahasaan

e.        Sikap tenang dan wajar

10

 

 

f.        Gerak-gerik dan mimik yang tepat

10

g.       Volume suara

5

h.       Kelancaran dan ketepatan

10

i.         Penguasaan topik

15

Jumlah

100

 

Berdasarkan kisi-kisi di atas, maka peneliti membuat rubrik penilaian. Adapun rubrik penilaian yang digunakan terlampir pada penelitian tindakan ini:

 

2. Instrumen penilaian aktivitas siswa

Instrumen penilaian aktivitas siswa dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati kesesuaian aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Adapun kisi-kisinya sebagai berikut.

 

Tabel 3.2. Kisi-kisi Observasi Siswa dalam Proses Pembelajaran

No

Aspek yang diamati

skor

1

2

3

4

1

Respon pertama siswa saat pertama kali guru

menginformasikan kegiatan pembelajaran berbicara

melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

 

 

 

 

2

Tanggungjawab siswa dalam memperlajari yang

didapat.

 

 

 

 

3

Keaktifan siswa mendiskusikan materi pembelajaran

keterampilan berbicara.

 

 

 

 

4

Keberanian dan antusias siswa untuk berlatih

menyampaikan materi katerampilan berbicara yang

dikuasainya dalam kelompok asal.

 

 

 

 

5

Respon siswa dalam mengikuti pembelajaran

keterampilan berbicara menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

 

 

 

 

 

Keterangan :

1 : Kurang

2 : Cukup

3 : Baik

4 : Sangat Baik

Instrumen aktivitas guru

Instrumen aktivitas guru dalam penelitian ini digunakan untuk engamati

kesesuaian proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan langkahlangkah

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Adapun instrumen kisi-kisinya terlampir pada penelitian tindakan kelas ini.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data

kuantitatif dan kualitatif.

1. Teknik analisis data kuantitatif

Teknik analisis data kuantitatif pada penelitian ini berupa statistik deskriptif kuantitatif dengan mencari rerata kelas. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2014: 219). Rumus untuk mencari rata-rata ialah sebagai berikut:

   x̄ = ∑n

           N

Keterangan.

̄x = nilai rata-rata (mean)

Σ ᵪ = jumlah nilai seluruh siswa

N = jumlah siswa

 

2. Teknik analisis data kualitatif

Teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini berupa deskripsi dari hasil pengamatan pembelajaran keterampilan berbicara dan proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw. Data pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang terdapat di lembar

observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif dari hasil observasi siswa dan observasi guru.

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan hasil tes kemampuan berbicara melalui metode jigsaw yang dilakukan terhadap 19 siswa. Penelitian ini diawali oleh peneliti dengan melakukan pengamatan terhadap proses  pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada keterampilan berbicara Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui data awal keterampilan berbicara siswa sebagai prasiklus dalam kegiatan penelitian ini. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran tersebut adalah dengan memberikan tugas kepada siswa untuk berdiskusi kelompok. Siswa diminta oleh guru untuk menemukan jawaban dari soal-soal yang diberikan oleh guru secara berkelompok namun hal tersebut tidak dilakukan oleh siswa dengan baik. Hanya sebagian siswa saja yang berdiskusi. Selanjutnya, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok tersebut. Namun, tidak semua kelompok berani untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dari 5 kelompok yang terbentuk, hanya 1 kelompok yang berani untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti menemukan permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam hal keterampilan berbicara. Sebagian besar siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pendapat ke dalam kalimat yang benar. Belum terbiasa dan terlatih berbicara di depan umum membuat siswa cenderung malu dan kurang percaya diri untuk melakukannya. Rasa takut berbuat salah dan kurangnya minat dalam pembelajaran keterampilan berbicara juga menjadi penyebab rendahnya keterampilan berbicara siswa. Hal tersebut dikarenakan siswa hanya sering mendapatkan pengajaran tentang tata bahasa, struktur kalimat, membaca, serta menjawab pertanyaan saja. Pembelajaran tersebut membuat nilai keterampilan berbicara siswa cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak, membaca dan menulis. Berikut ini adalah data hasil keterampilan berbicara Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tahun Ajaran 2021/ 2022, data tersebut disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.1 prasiklus

Hasil keterampilan berbicara siswa kelas IX B

 

No

Nama

Siswa

ket

1

Ananda Arii N

60

TT

2

Anissa Alfi Lutfiah

50

TT

3

Chelisya Nada R

55

TT

4

Dava Fajar Al

60

TT

5

Della Astiyani

77

T

6

Een Madu Ratna

60

TT

7

Gilang Pratama

60

TT

8

Hajrah

76

T

9

Khairul Anam

65

T

10

Khoiril Kamal

60

TT

11

M. Luthfi Jayyid

45

TT

12

M. Nabil Alfarobby

50

TT

13

M. Refan

76

T

14

Mayang

50

TT

15

Nadia Cahya Kartika

50

TT

16

Putra Arya Taufiq

55

TT

17

Putri Dayana Batriazia

60

TT

18

Restu Septi R

45

TT

19

Riki Ardiansyah

50

TT

20

Saiful Rohman

45

TT

21

Sandy Ramadani

50

TT

22

Titan Septriana K

77

T

23

Yayan Hardiansyah

50

TT

24

Zahra Cahya N

50

TT

25

Zulfa Rahmadani

55

TT

Jumlah skor yang diperoleh

1405

 

 

Nilai rata-rata siswa

56,2

Jumlah siswa keseluruhan

25

Jumlah siswa yang tidak tuntas

21

Jumlah siswa yang tuntas

4

 

             Persentase ketuntasan: P =  x 100%

   Persentase ketuntasan belajar =  4   X 100%              =  16 %

                                                                  21

Berdasarkan hasil pratindakan di atas, dapat lihat bahwa nilai rata-rata keterampilan berbicara Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur masih rendah, yaitu hanya sebesar 56,2 dengan hasil pesentase 16 %. Nilai rata-rata keterampilan berbicara ini merupakan nilai yang terendah dibandingkan dengan nilai rata-rata keterampilan berbahasa Indonesia lainnya. Nilai tersebut belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yakni 75. Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran keterampilan berbicara yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dan dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat berperan aktif.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat mengatasi permasalahan siswa dalam keterampilan berbicara.

Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Perencanaan Tindakan Siklus I

Setelah menganalisis hasil pengamatan, peneliti terhadap siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, peneliti sekaligus sebagai guru kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan dan dengan perencanaan siklus I sebagai berikut:

1.      Peneliti menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada Senin 15 Agustus 2022 (pertemuan 1), Rabu 17 Agustus 2022 (pertemuan 2).

2.      Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Materi yang akan diajarkan pada pertemuan pertama dan kedua yaitu tentang pidato dan jenis-jenisnya, pada pertemuan ketiga tentang pidato dan ciri-cirinya. RPP disusun peneliti dan telah dikonsultasikan kepada teman sejawat.

3.       Peneliti menyiapkan materi yang akan diajarkan.

4.       Peneliti menyiapkan lembar penilaian pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

5.       Peneliti mempersiapkan kamera untuk mendokumentasikan aktivitas peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dibantu oleh teman sejawat.

6.       Sebelum dilaksanakan tindakan peneliti menyiapkan langkah-langkah pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Pelaksanaan Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan pertama dilaksanakan Senin 14 Februari 2022. Materi yang akan diajarkan pada pertemuan ini tentang “pengertian cerpen dan unsur intrinsik cerpen”.

Penelitian ini terdapat empat tahap dalam setiap siklus, siklus penelitian ini, yaitu; perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil dari tiap-tiap siklus digunakan sebagai refleksi untuk meningkatkan hasil yang lebih baik dan diharapkan pada siklus berikutnya.

Dari tabel hasil tes awal tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar adalah sebanyak 21 siswa dan 4 siswa yang tuntas belajar. Berdasarkan tabel dapat diketahui juga, nilai rata-rata siswa pada tes awal adalah sebesar 56,2 dan persentase ketuntasan belajar sebesar  16%. Hasil dari tes awal sangat jauh dengan ketuntasan kelas yang diinginkan oleh peneliti yaitu 75%. Dengan hasil tes awal itu, peneliti memutuskan untuk mengadakan penelitian pada materi membuat sinopsis dengan menggunakan  reciation method untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada meteri ini peneliti menetapkan KKM (kriteria ketuntasan minimal) ≥ 75 dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan sebelum diadakan penerapan pembelajaran menggunakan reciation method dan sesudah diadakan penerapan menggunakan metode pembelajaran ini.

 Siklus I

Proses dari siklus 1 akan diuraikan sebagai berikut :

Tahap Perencanaan

                      Pada tahap perencanaan siklus 1, peneliti menetapkan materi yang akan menjadi fokus penelitian di kelas IX B  pada standar kompetensi menentukan unsur intrinsik cerpen  yang disampaikan secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan dalam dua kali pertemuan dan diakhiri dengan ulangan  pada pertemuan ketiga.

                   Pada tahap perencanaan yaitu menyusun RPP disusun oleh peneliti sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran pada metode penugasan (reciation method)  materi yang akan dibahas pada pertemuan 1 adalah memahami unsur-unsur cerpen. Dan pada pertemuan ke-2 dilanjutkan pada materi menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen. Ulangan harian dilakukan pada pertemuan ke-3.

Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I  dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 Februari 2022 dalam satu pertemuan yang terdiri dari 2 x 40 menit ( dua jam pelajaran).

1.         Kegiatan Awal

Dalam kegiatan pembelajaran ini kegiatan diawali guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan membaca doa bersama, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta dilanjutkan dengan apersepsi tentang materi memahami unsur-unsur cerpen. Sebelum memasuki kegiatan inti, peneliti memberikan pertanyaan tentang materi yang dikaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. hal ini diharapkan dapat memancing keaktifan siswa.

2.         Kegiatan Inti

Peneliti memberikan penjelasan secara global bahwa pembelajaran kali ini menggunakan metode pembelajaran yaitu metode jigsaw. Dan selanjutnya, peneliti memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan disampaikan yaitu materi memahami unsur-unsur cerpen. Setelah siswa mengetahui materi yang akan disampaikan kemudian guru membagi kelas menjadi 5 kelompok.

Setiap kelompok diberikan waktu 5 menit untuk membaca cerpen yang ada pada buku paket siswa. Kemudian peneliti juga memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Sebelumnya guru membagi siswa kedalam sebuah kelompok ahli dari perwakilan masing – masing kelompoknya. Setelah terbentuk kelompok tim ahli maka guru menugaskan kelompok ahli mendiskusikan hasil bahasan mengenai cerpen yang telah dibaca pada buku paket siswa. Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok tim ahli, kemudian tim ahli diminta guru untuk kembali kepada kelompok masing-masing untuk membahas kembali hasil temuannya dengan tim ahli tadi. Setelah mereka berdiskusi dengan kelompok masing-masing lalu  guru meminta salah satu kelompok yang ditunjuk untuk maju  kedepan kelas dan memberikan penjelasan dari hasil diskusi mereka. Guru memberikan kesempatan kepada siswa menjawab dan menjelaskan kembali jawaban yang dijawab oleh masing-masing individu dan menjelaskan bagian-bagian kesalahan agar siswa lebih paham. Pada saat siswa mengerjakan soal, guru berkeliling kelas melihat kegiatan siswa serta memberikan arahan bagi siswa yang kurang mengerti.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Guru mulai membagi kelas menjadi beberapa kelompok.

Kemudian guru meminta masing-masing perwakilan  kelompok untuk bertanya segala sesuatu mengenai materi yang belum dimengerti. Setelah guru yakin bahwa semua siswa paham akan penjelasannya, guru kemudian memberikan latihan  individu. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru secara seksama.

3.         Kegiatan Akhir

Sebelum menutup pelajaran peneliti mengingatkan siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan dilakukan pembelajaran dengan materi yang sama, dan pada pertemuan berikutnya itu digunakan sebagai evaluasi atau tes akhir tindakan, sehingga siswa harus mempersiapkannya dengan baik. Untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke-1 ini peneliti menyimpulkan bersama antar guru dan siswa melalui tanya jawab sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Kemudian guru menutup pelajaran dan berdo’a bersama-sama untuk mengakhiri pembelajaran hari ini dengan mengucap salam.

Observasi

Kegiatan observasi diarahkan untuk dapat menilai proses belajar-mengajar baik dari segi siswa maupun guru. Sehingga terlihat antusiasme siswa dan aktivitasnya dalam belajar. sedangkan dari segi guru akan terlihat aktivitas dan kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar. Peneliti melakukan observasi tindakan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

Untuk mempermudah pengamatan maka peneliti menggunakan pedoman observasi untuk mempermudah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh observer. Berikut ini adalah uraian data hasil observasi: Hasil pengamatan terhadap aktivitas peneliti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Peneliti pada Siklus I

No

Aspek Yang di Nilai

Siklus I

1

Membuka pelajaran

3

2

Melakukan Apersepsi

3

3

Penyampaian tujuan pembelajaran

4

4

Memotivasi siswa dalam pembelajaran

4

5

Penguasaan materi

3

6

Penggunaan metode dan teknik pembelajaran

3

7

Penguasaan kelas pembelajaran

4

8

Memberi kesempatan bertanya dan tanggapan pada siswa

3

9

Kemampuan bertanya dan menanggapi

3

10

Membimbing siswa membuat rangkuman

4

11

Memberikan evaluasi

4

12

Interaksi guru dengan siswa

4

13

Pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu

4

14

KBM sesuai dengan scenario dan silabus

3

Jumlah

49

Persentase

87,5

Berdasarkan table di atas, ada beberapa hal yang tidak sempat dilakukan oleh peneliti. Namun secara umum kegiatan peneliti sudah sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Maka nilai yang diperoleh dari pengamatan tentang aktivitas pendidik adalah 49 Sedangkan skor maksimal adalah 56. Sehingga persentase nilai rata-rata yang diperoleh adalah  85,7% dengan perhitungan sebagai berikut:

Presentasi nilai rata-rata x 100 %

Prosentase nilai rata-rata  =  49  x 100 % = 87,5%

                                                          56

Taraf Keberhasilan Tindakan

a.     90% ≤ NR ≤ 100% : sangat baik

b.     80% ≤ NR ≤ 89% : baik

c.     70% ≤ NR ≤ 79% : cukup

d.     60% ≤ NR ≤ 69% : kurang

e.     0 ≤ NR ≤ 59% : kurang sekali

 

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I

No

Aspek Yang di Nilai

Siklus I

1

Siswa termotivasi untuk menggunakan kemampuan berfikirnya

2

2

Keaktifan siswa dalam mengidentifikasikan konsep

3

3

Siswa belajar dalam keadaan senang dan gembira

3

4

Ketepan siswa dalam mencari pasangan kartu

4

5

Terjadi interaksi siswa dengan siswa

4

6

Terjadi interaksi siswa dengan guru

2

7

Siswa berani untuk menyampaikan hasil temuannya

3

8

Kerjasama antar siswa

3

9

Siswa melaksanakan refleksi

3

Nilai hasil belajar siswa

27

Persentase

75

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa secara umum kegiatan siswa belum sesuai harapan karena masih banyak deskriptor yang tidak muncul dalam aktivitas siswa selama pembelajaran. skor yang diperoleh tentang aktivitas siswa adalah 27, sedangkan skor maksimal adalah 36  Sehingga skor yang diperoleh rata-rata adalah:

Presentasi nilai rata-rata x 100 %

Presentasi nilai rata-rata  =  27  x 100 % =  75%

                                                          36

                   Sesuai taraf keberhasilan yang telah ditetapkan maka taraf keberhasilan aktivitas siswa berada pada kategori cukup.

Data Hasil Observasi Peneliti dan Siswa dalam Pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap hasil belajar dapat dilihat pada tabel berikut:

 

Tabel 4.4

Data hasil tes siklus 1

 

No

Nama

Aspek penilaian

Jml

Nilai

1

2

3

4

5

1

Ananda AriI N

10

20

20

15

10

75

75

2

Anissa Alfi Lutfiah

20

15

15

20

10

80

80

3

CHELISYA NADA R

10

15

15

20

10

70

70

4

DAVA FAJAR AL

15

15

20

15

20

85

85

5

DELLA ASTIYANI

10

20

20

15

10

75

75

6

Een Madu Ratna

15

20

20

15

15

85

85

7

Gilang Pratama

20

15

15

15

10

75

75

8

Hajrah

20

15

15

10

5

65

65

9

Khairul Anam

15

15

20

15

20

85

85

10

Khoiril Kamal

10

20

20

15

10

75

75

11

M. Luthfi Jayyid

15

15

5

15

10

60

60

12

M. Nabil AlFarobby

10

10

15

10

20

65

65

13

M. REFAN

15

15

15

10

10

65

65

14

MAYANG

10

10

20

20

15

75

75

15

Nadia Cahya Kartika

10

10

10

15

15

60

60

16

Putra Arya Taufiq

20

20

5

15

15

75

75

17

Putri dayana Batriazia

15

10

20

10

15

70

70

18

Restu Septi R

15

20

15

10

5

65

65

19

Riki ardiansyah

20

10

15

10

20

75

75

20

SAIFUL ROHMAN

15

15

15

10

10

65

65

21

SANDY RAMADANI

15

20

20

15

10

80

80

22

Titan Septriana K

10

10

20

15

5

60

60

23

Yayan Hardiansyah

20

15

15

5

10

65

65

24

ZAHRA CAHYA N

10

10

20

15

5

60

60

25

Zulfa Rahmadani

20

15

15

5

10

65

65

Jumlah Nilai Siswa

1775

Rata-Rata

71

Jumlah Siswa Tuntas

13

Jumlah Siswa Tidak Tuntas

13

Jumlah Siswa Keseluruhan

25

 

P = (Jumlah siswa yang Tuntas Belajar)  x 100%

              (Jumlah Siswa Maksimal )

 

P = 13  x100%

       25

P = 52 %

 

Dari tabel hasil tes siklus 1 tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar adalah sebanyak 13 siswa dan 12 siswa yang tuntas belajar. Berdasarkan tabel dapat diketahui juga, nilai rata-rata siswa pada tes awal adalah sebesar 71 dan persentase ketuntasan belajar sebesar  56,2%. Hasil dari tes siklus 1 masih jauhdari  ketuntasan kelas yang diinginkan oleh peneliti yaitu 75%. Dengan hasil tes awal itu, peneliti memutuskan untuk mengadakan penelitian pada materi membuat sinopsis dengan menggunakan  reciation method untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan metode penugasan mengalami peningkatan. Beberapa catatan lapangan yang dibuat peneliti yaitu:

1.       Siswa tampak kurang antusias ketika diberi tugas.

2.       Membutuhkan waktu yang lama dalam membaca cerpen yang diberikan peneliti.

Dengan demikian masih diperlukan siklus berikutnya untuk membuktikan bahwa reation method mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.

Refleksi

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan peneliti bersama teman sejawat peneliti melakukan kegiatan refleksi terhadap hasil tes akhir, hasil observasi pada siklus 1 dibantu teman sejawat, maka diperoleh beberapa hal sebagai berikut:

     a.          Hasil evaluasi siswa berdasarkan pelaksanaan tes akhir siklus 1 ini sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan tes pertama yang dilakukan pada siklus 1. Hasil tes pertama yang semula pencapaian 61,7% menjadi 71%.

     b.          Melalui pembelajaran yang menggunakan metode penugasan (reciation Method)  kegiatan pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan minat siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia meskipun masih ada siswa yang masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran.

     c.          Ada beberapa hal yang dilupakan oleh peneliti dalam tindakan pembelajaran sehingga hasil yang dicapai belum begitu optimal. Masalah-masalah yang timbul disebabkan faktor-faktor antara lain:

1.       Siswa masih pasif dalam mengemukakan pendapat pada kelompoknya dan hanya beberapa siswa yang aktif sehingga proses pelaksanaan diskusi dalam tim-tim kecil kurang bisa membawa siswa untuk aktif berbicara mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan.

2.       Siswa masih kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya.  

Dari uraian di atas, secara umum pada siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan partisipasi aktif dari siswa, belum adanya peningkatan hasil belajar siswa, karena belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus II agar hasil belajar Bahasa Indonesia  siswa bisa meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

 

Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II dilaksanakan hari Senin  07 Maret 2022 pertemuan pertama dan pada tanggal hari Senin tanggal 14 Maret 2022 yang terletak di ruang kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur dalam satu kali pertemuan yang terdiri dari 2 x 40 menit (dua jam pelajaran). Adapun materi yang akan diajarkan adalah membuat sinopsis remaja. Proses dari siklus II akan diuraikan sebagai berikut :

1)      Perencanaan

Sebelum melakukan penelitian tahap kedua, terlebih dahulu peneliti membuat RPP terlebih dahulu lengkap dan soal untuk tes akhir siklus II. Sedangkan untuk alat peraga, dalam siklus II ini peneliti tetap menggunakan media seperti siklus I. Karena peneliti tidak akan mebuat indikator baru dalam siklus II, akan tetapi mengulang pada indikator yang belum mencapai keberhasilan secara maksimal.

1)         Pelaksanaan

a)       Kegiatan Awal

Dalam kegiatan awal (15 menit) kegiatan peneliti selama di kelas yaitu guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan membaca doa bersama selanjutnya, mengecek kehadiran siswa dengan mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta dilanjutkan dengan apersepsi tentang menentukan unsur intrinsik cerpen, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pemberian motivasi untuk meningkatkan minat belajar siswa. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi dengan mengajukan soal menentukan unsur intrinsik cerpen.

b)       Kegiatan Inti

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.  saat mempresentasekan tugas kelompok

   Sebelum memberikan lembaran soal yang merupakan tes akhir II, peneliti menanyakan kembali yang berkaitan dengan materi menentukan unsur intrinsik cerpen yang dijelaskan kemarin. Siswa pun menjawab pertanyaan tersebut dengan antusias. Karena terlihat banyak yang sudah mengerti. Setelah guru menyampaikan semua materi sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan, guru membagikan lembar soal terhadap 24 siswa dilakukan tes berbentuk uraian yaitu menentukan unsur intrinsik cerpen. Dalam tes tersebut, masing-masing siswa ditugaskan untuk menentukan unsur intrinsik cerpen, lalu menentukan menentukan unsur intrinsik cerpen, setelah itu siswa ditugaskan untuk menentukan unsur intrinsik cerpen yang telah dibaca dengan memperhatikan: 1) gagasan utama, 2) kelengkapan tokoh, 3) menggunakan kalimat yang efektif, dan menarik, (4) sinopsis tidak menyimpang dari jalan cerita dan (5) penggunaan EYD.

c)       Observasi

Observasi pada penelitian ini dilakukan oleh seorang observer yaitu teman sejawat. Observasi ini dilaksanakan sesuai dengan pedoman observasi terlampir. Jika ada hal-hal yang penting terjadi dalam pembelajaran dan tidak ada dalam lembar observasi, maka dimasukkan dalam catatan lapangan.

Berikut ini adalah uraian data hasil observasi: Data Hasil Observasi Peneliti dan Siswa Dalam Pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap aktivitas peneliti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5  Hasil Pengamatan Aktivitas Peneliti (guru) pada Siklus II

No

Aspek Yang di Nilai

Siklus II

1

Membuka pelajaran

4

2

Melakukan Apersepsi

4

3

Penyampaian tujuan pembelajaran

3

4

Memotivasi siswa dalam pembelajaran

4

5

Penguasaan materi

4

6

Penggunaan metode dan teknik pembelajaran

4

7

Penguasaan kelas pembelajaran

3

8

Memberi kesempatan bertanya dan tanggapan pada siswa

3

9

Kemampuan bertanya dan menanggapi

4

10

Membimbing siswa membuat rangkuman

3

11

Memberikan evaluasi

4

12

Interaksi guru dengan siswa

4

13

Pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu

4

14

KBM sesuai dengan scenario dan silabus

3

Jumlah

51

Persentase

91,1

Berdasarkan tabel di atas, dapat di lihat bahwa secara umum kegiatan siswa belum sesuai harapan karena masih banyak deskriptor yang tidak muncul dalam aktivitas siswa selama pembelajaran. skor yang diperoleh tentang aktivitas guru adalah 52, sedangkan skor maksimal adalah 56  Sehingga skor yang diperoleh rata-rata adalah:

Presentasi nilai rata-rata x 100 %

Presentasi nilai rata-rata  =  51  x 100 % =  91,1%

                                                         56

                   Sesuai taraf keberhasilan yang telah ditetapkan maka taraf keberhasilan aktivitas guru berada pada kategori sangat baik.

Pada pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa aktivitas yang dilakukan peneliti sudah sesuai dengan apa yang direncanakan dengan baik terkait pelaksanaan tindakan dalam penelitian. Selain itu penggunaan method reciation yang dilakukan pada siklus pertama lalu kurang begitu optimal, pada siklus kedua ini sudah sangat baik dalam penyampaian langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian maupun dalam proses belajar siswa. Sementara itu, berikut ini hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II

No

Aspek Yang di Nilai

Siklus II

1

Siswa termotivasi untuk menggunakan kemampuan berfikirnya

4

2

Keaktifan siswa dalam mengidentifikasikan konsep

3

3

Siswa belajar dalam keadaan senang dan gembira

4

4

Ketepan siswa dalam mencari pasangan kartu

4

5

Terjadi interaksi siswa dengan siswa

4

6

Terjadi interaksi siswa dengan guru

4

7

Siswa berani untuk menyampaikan hasil temuannya

3

8

Kerjasama antar siswa

4

9

Siswa melaksanakan refleksi

3

Nilai hasil belajar siswa

33

Persentase

91,7

Berdasarkan tabel di atas, dapat di lihat bahwa secara umum kegiatan siswa telah sesuai harapan karena siswa telah aktiv dalam proses pembelajaran berlangsung. skor yang diperoleh tentang aktivitas siswa adalah 33, sedangkan skor maksimal adalah 36  Sehingga skor yang diperoleh rata-rata adalah:

Presentasi nilai rata-rata x 100 %

Presentasi nilai rata-rata  =  33  x 100 % =  91,7%

                                                          36

                   Sesuai taraf keberhasilan yang telah ditetapkan maka taraf keberhasilan aktivitas siswa berada pada kategori sangat baik.

 

Setelah melaksanakan pertemuan pertama, maka pada pertemuan kedua dilaksanakan tes akhir untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang telah disampaikan. Adapun data hasil tes akhir siswa disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Data hasil tes siklus II

O

Nama

Aspek penilaian

Jml

Nilai

1

2

3

4

5

1

Ananda AriI N

15

25

20

15

20

95

95

2

Anissa Alfi Lutfiah

20

15

15

20

10

80

80

3

CHELISYA NADA R

20

15

15

20

10

90

90

4

DAVA FAJAR AL

15

15

20

10

15

75

75

5

DELLA ASTIYANI

20

20

15

15

20

90

90

6

Een Madu Ratna

15

20

20

15

15

85

85

7

Gilang Pratama

20

15

15

15

20

85

85

8

Hajrah

10

15

15

5

15

60

60

9

Khairul Anam

15

15

20

15

20

85

85

10

Khoiril Kamal

10

20

20

15

10

75

75

11

M. Luthfi Jayyid

15

15

15

15

20

80

80

12

M. Nabil AlFarobby

10

20

25

20

20

  95

95

13

M. REFAN

15

25

15

20

15

90

90

14

MAYANG

20

15

20

20

15

75

90

15

Nadia Cahya Kartika

20

15

20

15

15

85

85

16

Putra Arya Taufiq

20

20

5

15

15

75

75

17

Putri dayana Batriazia

15

15

10

10

15

65

65

18

Restu Septi R

15

20

15

25

15

90

90

19

Riki ardiansyah

20

10

15

10

20

75

75

20

SAIFUL ROHMAN

25

15

15

20

20

95

95

21

SANDY RAMADANI

15

20

20

15

10

80

80

22

Titan Septriana K

10

15

20

15

15

75

75

23

Yayan Hardiansyah

20

15

15

15

20

85

85

24

ZAHRA CAHYA N

20

15

20

20

15

75

90

25

Zulfa Rahmadani

20

15

20

15

15

85

85

Jumlah Nilai Siswa

2075

Rata-Rata

83

Jumlah Siswa Tuntas

21

Jumlah Siswa Tidak Tuntas

2

Jumlah Siswa Keseluruhan

23

 

Hasil tes akhir siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa 82,6. Dari hasil tes akhir siklus II tersebut, hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan bila di bandingkan dengan hasil tes akhir siklus I yaitu 60,9. Dari tabel hasil tes akhir tersebut di atas diperoleh 23 siswa telah memperoleh nilai ≥ 75, sudah  memenuhi kriteria ketuntasan minimum.

Persentase ketuntasan:

P =

P =  21  x 100% =   91,3%

        23

 

 Persentase ketuntasan belajar pada siklus II adalah 91,3%, yang berarti bahwa persentase ketuntasan belajar siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditentukan, yaitu 75%. Sehingga tidak perlu diadakan siklus selanjutnya.

d)       Refleksi

Berdasarkan kegiatan refleksi terhadap siklus II hasil tes akhir pengamatan dan catatan lapangan, maka dapat diperoleh beberapa hal yaitu:

(a)     Aktivitas peneliti sudah menunjukkan tingkat keberhasilan pada kriteria sangat baik. Oleh karena itu tidak perlu pengulangan siklus.

(b)    Aktivitas siswa sudah menunjukkan tingkat keberhasilan yang sangat baik. Oleh karena itu tidak diperlukan pengulangan siklus.

(c)     Berdasarkan tes akhir siklus II, dan membandingkan dengan siklus I, Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan. Oleh karena itu, tidak diperlukan pengulangan siklus. Dapat dilihat pada tabel rekapitulasi skor perolehan nilai siswa.

Tabel 4.6 Rekapitulasi skor perolehan nilai individu

No

Nama Siswa

Nilai pra siklus

Ketuntasan

Nilai siklus 1

Ketuntasan

Nilai siklus II

Ketuntasan

KKM KD

1

Ananda Arii N

60

TT

75

T

95

T

75

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

Anissa Alfi Lutfiah

50

TT

80

T

80

T

3

Chelisya Nada R

55

TT

70

T

90

T

4

Dava Fajar Al

60

TT

85

T

75

T

5

Della Astiyani

77

T

75

T

90

T

6

Een Madu Ratna

60

TT

85

T

85

T

7

Gilang Pratama

60

TT

75

T

85

T

8

Hajrah

76

T

65

TT

60

TT

9

Khairul Anam

65

T

85

T

85

T

10

Khoiril Kamal

60

TT

75

T

75

T

11

M. Luthfi Jayyid

45

TT

60

TT

80

T

12

M. Nabil Alfarobby

50

TT

65

TT

95

T

13

M. Refan

76

T

65

TT

90

T

14

Mayang

50

TT

75

T

90

T

15

Nadia Cahya Kartika

50

TT

60

TT

85

T

16

Putra Arya Taufiq

55

TT

75

T

75

T

17

Putri Dayana Batriazia

60

TT

70

TT

65

TT

18

Restu Septi R

45

TT

65

TT

90

T

19

Riki Ardiansyah

50

TT

75

T

75

T

20

Saiful Rohman

45

TT

65

TT

95

T

21

Sandy Ramadani

50

TT

80

T

80

T

22

Titan Septriana K

77

T

60

TT

75

T

23

Yayan Hardiansyah

50

TT

65

TT

85

T

24

Zahra Cahya N

50

TT

60

TT

90

T

 

25

Zulfa Rahmadani

55

TT

65

TT

85

T

Jumlah skor yang diperoleh

1405

 

1775

 

2075

 

 

 

 

 

 

Nilia rata – rata siswa

56,2

71

83

Jumlah siswa seluruhnya

25

13

21

Jumlah siswa yang tidak tuntas

21

13

2

Jumlah siswa tuntas

4

25

23

 

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan mulai tes awal, tes siklus I, sampai tes akhir siklus II. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai siswa 56,2 tes awal meningkat menjadi 71 (tes siklus I), dan meningkat lagi menjadi 83 (tes akhir siklus II). Peningkatan hasil belajar siswa dapat digambarkan pada diagram di bawah ini:

PENUTUP

Kesimpulan

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengharuskan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok ahli dan menyampaikan hasil diskusi dalam kelompok ahli masing-masing kepada temannya dalam kelompok asal. Dalam penyampaian informasi hasil diskusi pada kelompok asal, semua siswa akan dituntut untuk berbicara dan mengembangkan keterampilan berbicara yang dimilikinya. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini telah berhasil dilakukan dengan adanya perubahan nilai peserta didik di kelas. Dapat dilihat dari hasil rata-rata prasiklus 56,2 dan siklus 1 rata-rata adalah 71 sedangkan rata-rata siklus 2 adalah 83 dari jumlah siswa sebanyak 25 orang.

Penelitian ini juga bertujuan meningkatkan prose pembelajaran keterampilan berbicara siswa dan menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Adapun manfaat bagi peserta didik dapat memotivasi siswa dalam belajar. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan metode kooperative lerning tipe jigsaw sangat membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Saran

Saran yang penulis sampaikan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu

1.         Bagi Guru SMPN 2 Tanjung Jabung Timur, hendaknya selalu meningkatkan khasanah keilmuan tentang metode atau model yang berhubungan dengan peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu siswa juga akan lebih bersemangat jika menjalani sistem pembelajaran yang bervariasi.

2.         Bagi Siswa SMPN 2 Tanjung Jabung Timur, hendaknya belajar dengan lebih giat dan aktif dalam proses pembelajaran serta tidak menggantungkan segala sesuatunya pada siswa lain sehingga prestasi belajarnya yang terus meningkat dan mendapatkan nilai bagus demi menyongsong masa depan.

3.         Bagi Peneliti lain atau pembaca

         Bagi penulis yang mengadakan penelitian sejenis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi Cerpen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw dalam pembelajaran di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2011). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmad Susanto. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Ara Hidayat dan Imam Machali. (2012). Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta:

Kaukaba.

Daryanto. (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.

Yogyakarta: Gava Media.

Hendri Guntur Tarigan. (2013). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: CV. Angkasa.

Imam Suyitno. (2013). Karya Tulis Ilmiah. Bandung: PT. Refika Aditama.

Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pusat.

Miftahul Huda. (2014). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

TerPopuler