ABSTRAK
Upaya Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Pada Materi Cerpen Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw
pada Siswa Kelas IX B SMPN 2 Tanjung Jabung Timur Tahun Ajaran 2021/2022, Nanik Tri Rahayu
Kata
kunci: Pembelajaran kooperatif dan Jigsaw
Penelitian
model kooperatif adalah Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil dengan anggota
yang heterogen dan saling bekerjasama dalam menyelesaikan suatu tugas. Jigsaw
merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa untuk dapat
bekerjasama dalam kelompok asal maupun kelompok ahli untuk menguasai suatu
materi. Tujuan penelitian ini adalah Untuk meningkatkan proses pembelajaran
keterampilan berbicara Pada Siswa, Untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara Pada Siswa dan Untuk menjadikan pembelajaran yang menyenangkan dan
aktif dalam keterampilan berbicara. Metodologi penelitian pada penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas,
sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Penelitian ini dilakukan di
ruang kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, Kecamatan Rantau Rasau,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi tahun ajar 2021/2022. Penelitian
ini akan dilaksanakan pada semester genap, Tahun Ajaran 2021/2022 yang akan
dilaksanakan pada semester genap selama bulan Agustus sampai Oktober 2022.
Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini telah berhasil
dilakukan dengan adanya perubahan nilai peserta didik di kelas. Dapat dilihat
dari hasil rata-rata prasiklus 56,2 dan siklus 1 rata-rata adalah 71 sedangkan
rata-rata siklus 2 adalah 83 dari jumlah siswa sebanyak 25 orang.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan dapat
menentukan seberapa jauh kemajuan suatu bangsa baik di masa sekarang maupun di
masa yang akan datang. Pentingnya pendidikan ini menuntut agar pendidikan
selalu dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman agar tidak menjadi bangsa
yang tertinggal. Pendidikan merupakan acuan keberhasilan sebuah negara, karena
jika sebuah negara memiliki masyarakat yang bernilai pola pikir tinggi sudahlah
tentu mampu mengembangkan segala sektor baik pembangunan maupun perekonomian.
Pendidikan juga merupakan tolak ukur keberhasilan seseorang dalam bertindak.
Untuk itu diperlukan pembelajaran khusus melalui pendidikan formal.
Pembelajaran
adalah upaya yang dilakukan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang
sedemikian rupa dengan maksud supaya di samping tercipta proses belajar juga
sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Begitu juga pendapat Darsono (2000:24) bahwa
pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih
baik.
Proses pembelajaran melibatkan
komponen-komponen yang saling berhubungan yaitu guru dan siswa.
Komponen-komponen ini memiliki perannya masing-masing dan juga saling berkaitan
satu sama lain. Misalnya, siswa membutuhkan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, dan sebaliknya guru membutuhkan siswa untuk dapat melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Hubungan timbal balik antara setiap komponen
pembelajaran ini diperlukan dalam mewujudkan pembelajaran yang hidup, sehingga
menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Siswa sebagai salah satu komponen dalam
pembelajaran memiliki tingkat kecerdasan dan karakteristik yang berbeda-beda.
Ada yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, sedang dan ada pula yang
memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun, jika dilihat dari usianya,
siswa SD umumnya berada dalam tahap perkembangan karakteristik yang aktif,
senang bermain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan suka mencari
perhatian. Melihat karakteristik umum siswa tersebut, dapat menjadi jalan bagi
guru untuk memotivasi dan mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan bagi
siswa, salah satunya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan yang harus dijunjung tinggi oleh setiap
individu masyarakat Indonesia. Melalui Bahasa Indonesia kita dapat menjalankan
fungsi bahasa sebagai bahasa Nasional yang mampu menyatukan beragam adat,
budaya dan bahasa yang dimiliki daerah masing-masing. Bahasa Indonesia dapat
diperoleh dari pembelajaran baik formal maupun nonformal. Anak sejak dini
dikenalkan Bahasa Indonesia agar kelak mereka mampu berkomunikasi dengan
sesamanya yang berasal dari daerah lain. Pembelajaran bahasa yang diperoleh
dibangku formal seperti kita pelajari sejak SD sampai dibangku kuliah.
Melalui
pembelajaran Bahasa Indonesia siswa akan belajar bagaimana cara berkomunikasi
yang baik dan benar. Komunikasi yang baik dan benar dapat berupa lisan maupun
tulisan. Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi bangsa Indonesia secara nasional,
sehingga kemampuan berkomunikasi lisan maupun tulisan dengan baik dan benar
sangat diharapkan ada pada setiap siswa. Semua siswa tidak akan mampu memahami
pelajaran-pelajaran lainnya tanpa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar
karena dalam pelaksanaan setiap mata pelajaran dibutuhkan adanya komunikasi
yang baik antara guru dengan siswa maupun antar sesama siswa. Hal ini yang
merupakan salah satu sebab mengapa bahasa Indonesia harus diajarkan karena
merupakan dasar dari semua pembelajaran. Kenyataan ini juga terjadi pada siswa
kelas IX B SMP Negeri 2
Tanjung Jabung Timur dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Berikut ini adalah
masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
yakni siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini terjadi karena kurangnya
motivasi dan konsentrasi belajar pada siswa. Keterampilan tersebut adalah
keterampilan berbicara.
Keterampilan
adalah suatu kemampuan dan kapasitas yang diperoleh melalui usaha yang
disengaja, sistematis, dan berkelanjutan untuk secara lancar dan adaptif
melaksanakan aktivitas-aktivitas yang kompleks atau fungsi pekerjaan yang
melibatkan ide-ide (keterampilan kognitif), hal-hal (keterampilan teknikal),
dan orang-orang (keterampilan interpersonal). Hendri Guntur Tarigan (2013: 2)
mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa (language arts, language skills) mencakup
empat segi, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan
berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills),
dan keterampilan menulis (writing skills).
Mengatasi
permasalahan terkait kurangnya keterampilan berbicara pada
siswa tersebut, dapat dilakukan melalui salah satu model
pembelajaran, yaitu pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Metode jigsaw
adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki
tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw
ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan
menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila
mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
Menurut Robert E. Slavin (2005: 246)
Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel.
Karena memiliki sifat yang fleksibel maka Jigsaw dapat diterapkan pada berbagai
materi pelajaran termasuk materi pelajaran yang terdapat dalam pelajaran Bahasa
Indonesia. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengharuskan siswa untuk
berdiskusi dalam kelompok ahli dan menyampaikan hasil diskusi dalam kelompok
ahli masing-masing kepada temannya dalam kelompok asal. Dalam penyampaian
informasi hasil diskusi pada kelompok asal, semua siswa akan dituntut untuk
berbicara dan mengembangkan keterampilan berbicara yang dimilikinya. Melalui
latihan inilah, apabila dilakukan secara terus-menerus dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa.
Berdasarkan
pembahasan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas
yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Pada Materi Cerpen Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur Tahun Ajaran 2021/2022.”
1.1
Tujuan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun
tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.
Untuk meningkatkan proses
pembelajaran keterampilan berbicara Pada
Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur melalui pembelajaran
kooperatif dengan tipe Jigsaw.
2.
Untuk mengetahui seberapa
besar peningkatan keterampilan berbicara Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
3.
Untuk menjadikan pembelajaran yang menyenangkan dan
aktif dalam keterampilan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
di Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan
masalah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimanakah
metode Jigsaw dapat meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur?
Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bermanfaat bagi:
a.
Bagi Siswa
1)
Meningkatkan nilai keterampilan
berbicara siswa
2)
Membangkitkan motivasi
belajar untuk memperoleh pengalaman belajar.
3)
Dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam belajar.
b.
Bagi Guru
1)
Memberikan bahan masukan
sebagai inovasi bagi guru dalam
meningkatkan
mutu pelajaran di kelasnya.
2)
Memberikan pengalaman
bagi guru terkait penelitian tindakan kelas.
3)
Meningkatkan keterampilan
mengajar bagi guru.
METODOLOGI
PENELITIAN
Jenis
Penelitian
Karya ilmiah ini merupakan jenis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Daryanto (2011: 4) mengungkapkan, “PTK
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di
kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
PTK
ini menggunakan metodologi penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Penelitian kualitatif
merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan dalam mengungkapkan permasalahan
dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta, kemasyarakatan,
kepemudaan, perempuan, olah raga, seni dan budaya, sehingga dapat dijadikan
suatu kebijakan untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama (Gunawan, 2013:
80). Sedangkan menurut Sukmadinata (dalam Gunawan, 2013:83) “Metode kualitatif
adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak,
interaktif, dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh
setiap individu”.
Bodgan dan Taylor (dalam Moleong,
2010:4) mengatakan “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.” Sedangkan menurut Moleong
(2010:6) mengatakan bahwa “ Penelitian Kualtatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain.,
secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.
Dalam penelitian seorang peneliti
harus mampu mengungkapkan fakta-fakta atau data yang sesuai dengan objek
sebenarnya atau apa adanya dengan cara mendeskripsikan data. Menurut Moleong
(2010:11) “Metode deskripsi yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa
kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.” Dengan demikian data yang diperoleh
dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif akan menggunakan
data yang berasal dari wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen
pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.
Setting Penelitian
a.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang
kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi tahun ajar 2021/2022.
b.
Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada semester genap, Tahun Ajaran 2021/2022 yang akan
dilaksanakan pada semester ganjil selama bulan Februari sampai April 2022.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang
berjumlah sebanyak 25 orang, terdiri dari 12 perempuan dan 13 laki-laki.
Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa kelas
IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.
Metode Pengumpulan Data
metode
pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data
yang dibutuhkan (Suharsimi Arikunto, 2010: 175) sedangkan menurut Sugiyono
(2012: 193-194) bila dilihat segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner
(angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. Dalam penelitian ini,
teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
1.
Tes Unjuk Kerja
Tes unjuk kerja yang dimaksud dalam
penelitian ini yaitu berupa tes yang dilakukan ketika siswa melakukan kegiatan
berbicara di depan temantemannya secara individu. Aspek yang dinilai dalam tes
ini diantaranya aspek kabahasaan yang meliputi pengucapan atau lafal, intonasi,
diksi atau pilihan kata, struktur kalimat, dan aspek nonkebahasaan yang
meliputi sikap tenang dan wajar, gerak-gerik dan mimik yang tepat, volume
suara, kelancaran dan ketepatan, dan penguasaan topik.
2.
Observasi
Observasi
ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran keterampilan berbicara yang
dilakukan di kelas oleh siswa dan guru. Observasi juga dilakukan selama
berlangsungnya tindakan penelitian pada pembelajaran keterampilan
berbicara.observasi ini dilakukan untuk mengamati kesesuaian aktivitas yang
dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran menggunakan lembar
observasi.
3.
Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010: 329). Dokumentasi dalam penelitian
ini berupa data siswa Kelas IX B SMP
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, data nilai keterampilan berbicara.
Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
Instrumen Penelitian
Adapun
instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1)
Instrumen tes unjuk kerja
Instrumen
tes unjuk kerja akan membantu peneliti untuk mendapatkan hasil peningkatan
keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Instrumen ini merujuk pada pendapat Sri Hastuti (1993: 73-82) yang mengemukakan
bahwa faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh para pembicara diantaranya
faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi pengucapan atau
lafal, diksi atau pilihan kata, struktur kalimat dan intonasi. Sedangkan faktor
nonkebahasaan yang yang ditekankan disini adalah sikap tenang dan wajar, gerak-gerik
dan mimik yang tepat, volume suara, kelancaran dan ketepatan, dan penguasaan
topik. Adapun kisi-kisinya sebagai berikut.
Tabel 3.1.
Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara
No |
Aspek
yang dinilai |
Unsur-unsur |
Skor
maksimal |
1 |
Kebahasaan |
a.
Pengucapan atau lafal |
10 |
|
|
b. Intonasi |
15 |
c.
Diksi atau pilihan kata |
15 |
||
d. Struktur
kalimat |
10 |
||
2. |
Nonkebahasaan |
e.
Sikap tenang dan wajar |
10 |
|
|
f.
Gerak-gerik dan mimik
yang tepat |
10 |
g. Volume
suara |
5 |
||
h. Kelancaran
dan ketepatan |
10 |
||
i.
Penguasaan topik |
15 |
||
Jumlah |
100 |
Berdasarkan
kisi-kisi di atas, maka peneliti membuat rubrik penilaian. Adapun rubrik
penilaian yang digunakan terlampir pada penelitian tindakan ini:
2.
Instrumen penilaian aktivitas siswa
Instrumen
penilaian aktivitas siswa dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati
kesesuaian aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Adapun kisi-kisinya
sebagai berikut.
Tabel
3.2. Kisi-kisi Observasi Siswa dalam Proses Pembelajaran
No |
Aspek yang diamati |
skor |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Respon pertama siswa saat pertama
kali guru menginformasikan kegiatan
pembelajaran berbicara melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. |
|
|
|
|
2 |
Tanggungjawab siswa dalam
memperlajari yang didapat. |
|
|
|
|
3 |
Keaktifan siswa mendiskusikan
materi pembelajaran keterampilan
berbicara. |
|
|
|
|
4 |
Keberanian dan antusias siswa untuk
berlatih menyampaikan materi katerampilan
berbicara yang dikuasainya
dalam kelompok asal. |
|
|
|
|
5 |
Respon siswa dalam mengikuti
pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw. |
|
|
|
|
Keterangan :
1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4
: Sangat Baik
Instrumen aktivitas guru
Instrumen
aktivitas guru dalam penelitian ini digunakan untuk engamati
kesesuaian
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan langkahlangkah
model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw. Adapun instrumen kisi-kisinya terlampir pada penelitian tindakan kelas
ini.
Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data
kuantitatif
dan kualitatif.
1. Teknik analisis data kuantitatif
Teknik
analisis data kuantitatif pada penelitian ini berupa statistik deskriptif
kuantitatif dengan mencari rerata kelas. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2014:
219). Rumus untuk mencari rata-rata ialah sebagai berikut:
x̄ = ∑n
N
Keterangan.
̄x = nilai rata-rata (mean)
Σ
ᵪ = jumlah nilai seluruh siswa
N = jumlah siswa
2.
Teknik analisis data kualitatif
Teknik
analisis data kualitatif dalam penelitian ini berupa deskripsi dari hasil
pengamatan pembelajaran keterampilan berbicara dan proses pembelajaran
menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw. Data pelaksanaan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang terdapat di lembar
observasi
dianalisis secara deskriptif kualitatif dari hasil observasi siswa dan
observasi guru.
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pelaksanaan
Tindakan
Berdasarkan
hasil tes kemampuan berbicara melalui metode jigsaw yang dilakukan terhadap 19
siswa. Penelitian ini diawali oleh peneliti dengan melakukan pengamatan
terhadap proses pembelajaran Bahasa
Indonesia, khususnya pada keterampilan berbicara Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.
Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui data awal keterampilan berbicara
siswa sebagai prasiklus dalam kegiatan penelitian ini. Langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam pembelajaran tersebut adalah dengan memberikan tugas
kepada siswa untuk berdiskusi kelompok. Siswa diminta oleh guru untuk menemukan
jawaban dari soal-soal yang diberikan oleh guru secara berkelompok namun hal
tersebut tidak dilakukan oleh siswa dengan baik. Hanya sebagian siswa saja yang
berdiskusi. Selanjutnya, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi
masing-masing kelompok tersebut. Namun, tidak semua kelompok berani untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Dari 5 kelompok yang terbentuk, hanya 1
kelompok yang berani untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Berdasarkan
pengamatan tersebut, peneliti menemukan permasalahan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia khususnya dalam hal keterampilan berbicara. Sebagian besar siswa yang
masih mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pendapat ke dalam kalimat yang
benar. Belum terbiasa dan terlatih berbicara di depan umum membuat siswa
cenderung malu dan kurang percaya diri untuk melakukannya. Rasa takut berbuat
salah dan kurangnya minat dalam pembelajaran keterampilan berbicara juga
menjadi penyebab rendahnya keterampilan berbicara siswa. Hal tersebut
dikarenakan siswa hanya sering mendapatkan pengajaran tentang tata bahasa,
struktur kalimat, membaca, serta menjawab pertanyaan saja. Pembelajaran
tersebut membuat nilai keterampilan berbicara siswa cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak,
membaca dan menulis. Berikut ini adalah data hasil keterampilan berbicara Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur Tahun Ajaran 2021/ 2022, data tersebut disajikan dalam
tabel berikut ini :
Tabel 4.1 prasiklus
Hasil keterampilan berbicara
siswa kelas IX B
No |
Nama |
Siswa |
ket |
1 |
Ananda Arii N |
60 |
TT |
2 |
Anissa Alfi Lutfiah |
50 |
TT |
3 |
Chelisya Nada R |
55 |
TT |
4 |
Dava Fajar Al |
60 |
TT |
5 |
Della Astiyani |
77 |
T |
6 |
Een Madu Ratna |
60 |
TT |
7 |
Gilang Pratama |
60 |
TT |
8 |
Hajrah |
76 |
T |
9 |
Khairul Anam |
65 |
T |
10 |
Khoiril Kamal |
60 |
TT |
11 |
M. Luthfi Jayyid |
45 |
TT |
12 |
M. Nabil Alfarobby |
50 |
TT |
13 |
M. Refan |
76 |
T |
14 |
Mayang |
50 |
TT |
15 |
Nadia Cahya Kartika |
50 |
TT |
16 |
Putra Arya Taufiq |
55 |
TT |
17 |
Putri Dayana Batriazia |
60 |
TT |
18 |
Restu Septi R |
45 |
TT |
19 |
Riki Ardiansyah |
50 |
TT |
20 |
Saiful Rohman |
45 |
TT |
21 |
Sandy Ramadani |
50 |
TT |
22 |
Titan Septriana K |
77 |
T |
23 |
Yayan Hardiansyah |
50 |
TT |
24 |
Zahra Cahya N |
50 |
TT |
25 |
Zulfa Rahmadani |
55 |
TT |
Jumlah skor yang diperoleh |
1405 |
|
|
Nilai rata-rata siswa |
56,2 |
||
Jumlah siswa keseluruhan |
25 |
||
Jumlah siswa yang tidak tuntas |
21 |
||
Jumlah siswa yang tuntas |
4 |
Persentase
ketuntasan: P =
Persentase
ketuntasan belajar = 4 X 100%
= 16 %
21
Berdasarkan
hasil pratindakan di atas, dapat lihat bahwa nilai rata-rata keterampilan
berbicara Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2
Tanjung Jabung Timur masih rendah, yaitu hanya sebesar 56,2 dengan hasil
pesentase 16 %. Nilai rata-rata keterampilan berbicara ini merupakan nilai yang
terendah dibandingkan dengan nilai rata-rata keterampilan berbahasa Indonesia
lainnya. Nilai tersebut belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yang telah ditetapkan yakni 75. Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran
keterampilan berbicara yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dan
dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat berperan
aktif.
Salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw. Upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat mengatasi permasalahan
siswa dalam keterampilan berbicara.
Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus
I
Perencanaan Tindakan Siklus I
Setelah
menganalisis hasil pengamatan, peneliti terhadap siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur,
peneliti sekaligus sebagai guru kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan dan dengan
perencanaan siklus I sebagai berikut:
1.
Peneliti menetapkan waktu
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada Senin 15 Agustus
2022 (pertemuan 1), Rabu 17 Agustus 2022 (pertemuan 2).
2.
Peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pembelajaran keterampilan berbicara
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Materi yang akan
diajarkan pada pertemuan pertama dan kedua yaitu tentang pidato dan
jenis-jenisnya, pada pertemuan ketiga tentang pidato dan ciri-cirinya. RPP
disusun peneliti dan telah dikonsultasikan kepada teman sejawat.
3. Peneliti
menyiapkan materi yang akan diajarkan.
4. Peneliti
menyiapkan lembar penilaian pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
5. Peneliti
mempersiapkan kamera untuk mendokumentasikan aktivitas peneliti dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung yang dibantu oleh teman sejawat.
6. Sebelum
dilaksanakan tindakan peneliti menyiapkan langkah-langkah pembelajaran keterampilan
berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Pelaksanaan
Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan pertama dilaksanakan Senin 14 Februari
2022. Materi yang akan diajarkan pada pertemuan ini tentang “pengertian cerpen
dan unsur intrinsik cerpen”.
Penelitian ini terdapat empat tahap
dalam setiap siklus, siklus penelitian ini, yaitu; perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Hasil dari tiap-tiap siklus digunakan sebagai refleksi
untuk meningkatkan hasil yang lebih baik dan diharapkan pada siklus berikutnya.
Dari tabel hasil
tes awal tersebut dapat diketahui
bahwa siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar adalah sebanyak 21 siswa dan 4 siswa yang tuntas belajar. Berdasarkan
tabel dapat diketahui juga, nilai
rata-rata siswa pada tes awal adalah sebesar 56,2 dan persentase ketuntasan belajar sebesar 16%. Hasil dari tes awal
sangat jauh dengan ketuntasan kelas yang diinginkan oleh peneliti yaitu 75%.
Dengan hasil tes awal itu, peneliti memutuskan untuk mengadakan penelitian pada
materi membuat sinopsis dengan
menggunakan reciation method untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
meteri ini peneliti menetapkan KKM (kriteria ketuntasan minimal) ≥ 75 dengan
tujuan untuk mengetahui perbedaan sebelum diadakan penerapan pembelajaran
menggunakan reciation method dan sesudah diadakan penerapan menggunakan metode
pembelajaran ini.
Siklus I
Proses
dari siklus 1 akan diuraikan sebagai berikut :
Tahap Perencanaan
Pada
tahap perencanaan siklus 1, peneliti menetapkan materi yang akan menjadi fokus
penelitian di kelas IX B pada standar kompetensi menentukan unsur
intrinsik cerpen yang disampaikan secara langsung.
Pada penelitian ini dilakukan dalam dua kali pertemuan dan diakhiri dengan
ulangan pada pertemuan ketiga.
Pada
tahap perencanaan yaitu menyusun RPP disusun oleh peneliti sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran pada metode penugasan (reciation method) materi yang akan dibahas pada pertemuan 1
adalah memahami unsur-unsur cerpen. Dan pada pertemuan ke-2 dilanjutkan pada materi menentukan
unsur-unsur intrinsik cerpen. Ulangan harian dilakukan pada pertemuan ke-3.
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan
tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14
Februari 2022 dalam satu pertemuan yang terdiri dari 2 x 40 menit ( dua jam
pelajaran).
1.
Kegiatan Awal
Dalam kegiatan pembelajaran ini
kegiatan diawali guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan membaca doa
bersama, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta dilanjutkan dengan apersepsi
tentang materi memahami unsur-unsur
cerpen. Sebelum memasuki kegiatan inti, peneliti memberikan pertanyaan tentang
materi yang dikaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. hal ini diharapkan
dapat memancing keaktifan siswa.
2.
Kegiatan Inti
Peneliti memberikan penjelasan
secara global bahwa pembelajaran kali ini menggunakan metode pembelajaran yaitu
metode jigsaw. Dan selanjutnya,
peneliti memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan disampaikan yaitu
materi memahami unsur-unsur cerpen. Setelah siswa mengetahui materi yang akan disampaikan
kemudian guru membagi kelas menjadi 5 kelompok.
Setiap
kelompok diberikan waktu 5 menit untuk membaca cerpen yang ada pada buku paket
siswa. Kemudian peneliti juga memberi
kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi
dengan kelompoknya. Sebelumnya guru membagi siswa kedalam
sebuah kelompok ahli dari perwakilan masing – masing kelompoknya. Setelah
terbentuk kelompok tim ahli maka guru menugaskan kelompok ahli mendiskusikan
hasil bahasan mengenai cerpen yang telah dibaca pada buku paket siswa. Setelah
selesai berdiskusi dengan kelompok tim ahli, kemudian tim ahli diminta guru
untuk kembali kepada kelompok masing-masing untuk membahas kembali hasil
temuannya dengan tim ahli tadi. Setelah mereka berdiskusi dengan kelompok
masing-masing lalu guru meminta salah
satu kelompok yang ditunjuk untuk maju
kedepan kelas dan memberikan penjelasan dari hasil diskusi mereka. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa menjawab dan menjelaskan kembali jawaban
yang dijawab oleh masing-masing individu dan menjelaskan bagian-bagian
kesalahan agar siswa lebih paham. Pada saat siswa mengerjakan soal, guru
berkeliling kelas melihat kegiatan siswa serta memberikan arahan bagi siswa
yang kurang mengerti.
Gambar 2. Guru mulai membagi kelas menjadi
beberapa kelompok.
Kemudian guru meminta masing-masing
perwakilan kelompok untuk bertanya
segala sesuatu mengenai materi yang belum dimengerti. Setelah guru yakin bahwa
semua siswa paham akan penjelasannya, guru kemudian memberikan latihan individu. Siswa mengerjakan tugas yang
diberikan guru secara seksama.
3.
Kegiatan
Akhir
Sebelum menutup pelajaran peneliti
mengingatkan siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan dilakukan pembelajaran
dengan materi yang sama, dan pada pertemuan berikutnya itu digunakan sebagai
evaluasi atau tes akhir tindakan, sehingga siswa harus mempersiapkannya dengan
baik. Untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran pada pertemuan ke-1 ini peneliti menyimpulkan
bersama antar guru dan siswa melalui tanya jawab
sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Kemudian guru menutup pelajaran dan berdo’a bersama-sama
untuk mengakhiri pembelajaran hari ini dengan mengucap salam.
Observasi
Kegiatan observasi diarahkan untuk
dapat menilai proses belajar-mengajar baik dari segi siswa maupun guru.
Sehingga terlihat antusiasme siswa dan aktivitasnya dalam belajar. sedangkan
dari segi guru akan terlihat aktivitas dan kreativitas guru dalam proses
belajar-mengajar. Peneliti
melakukan observasi tindakan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
Untuk
mempermudah pengamatan maka peneliti menggunakan pedoman observasi untuk
mempermudah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh observer. Berikut ini
adalah uraian data hasil observasi: Hasil pengamatan terhadap aktivitas
peneliti dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Hasil Pengamatan Aktivitas Peneliti pada Siklus I
No |
Aspek
Yang di Nilai |
Siklus I |
1 |
Membuka pelajaran |
3 |
2 |
Melakukan Apersepsi |
3 |
3 |
Penyampaian tujuan pembelajaran |
4 |
4 |
Memotivasi siswa dalam pembelajaran |
4 |
5 |
Penguasaan materi |
3 |
6 |
Penggunaan metode dan teknik pembelajaran |
3 |
7 |
Penguasaan kelas pembelajaran |
4 |
8 |
Memberi kesempatan bertanya dan tanggapan pada siswa |
3 |
9 |
Kemampuan bertanya dan menanggapi |
3 |
10 |
Membimbing siswa membuat rangkuman |
4 |
11 |
Memberikan evaluasi |
4 |
12 |
Interaksi guru dengan siswa |
4 |
13 |
Pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu |
4 |
14 |
KBM sesuai dengan scenario dan silabus |
3 |
Jumlah |
49 |
|
Persentase |
87,5 |
Berdasarkan
table di atas, ada beberapa hal yang tidak sempat dilakukan oleh peneliti.
Namun secara umum kegiatan peneliti sudah sesuai dengan rencana yang
ditetapkan. Maka nilai yang diperoleh dari pengamatan tentang aktivitas
pendidik adalah 49 Sedangkan skor maksimal adalah 56. Sehingga persentase nilai rata-rata
yang diperoleh adalah 85,7% dengan
perhitungan sebagai berikut:
Presentasi
nilai rata-rata
Prosentase nilai
rata-rata = 49 x 100 % = 87,5%
56
Taraf Keberhasilan Tindakan
a. 90%
≤ NR ≤ 100% : sangat baik
b. 80%
≤ NR ≤ 89% : baik
c. 70%
≤ NR ≤ 79% : cukup
d. 60%
≤ NR ≤ 69% : kurang
e. 0
≤ NR ≤ 59% : kurang sekali
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan
Aktivitas Siswa Siklus I
No |
Aspek
Yang di Nilai |
Siklus I |
1 |
Siswa
termotivasi untuk menggunakan kemampuan berfikirnya |
2 |
2 |
Keaktifan siswa dalam mengidentifikasikan konsep |
3 |
3 |
Siswa belajar dalam keadaan senang dan gembira |
3 |
4 |
Ketepan siswa dalam mencari pasangan kartu |
4 |
5 |
Terjadi interaksi siswa dengan siswa |
4 |
6 |
Terjadi interaksi siswa dengan guru |
2 |
7 |
Siswa berani untuk menyampaikan hasil temuannya |
3 |
8 |
Kerjasama antar siswa |
3 |
9 |
Siswa melaksanakan refleksi |
3 |
Nilai hasil belajar siswa |
27 |
|
Persentase |
75 |
Berdasarkan tabel di atas, dapat
dilihat bahwa secara umum kegiatan siswa belum sesuai harapan karena masih
banyak deskriptor yang tidak muncul dalam aktivitas siswa selama pembelajaran.
skor yang diperoleh tentang aktivitas siswa adalah 27, sedangkan skor maksimal
adalah 36 Sehingga skor yang diperoleh
rata-rata adalah:
Presentasi
nilai rata-rata
Presentasi
nilai rata-rata = 27 x
100 % = 75%
36
Sesuai taraf keberhasilan yang telah
ditetapkan maka taraf keberhasilan aktivitas siswa berada pada kategori cukup.
Data
Hasil Observasi Peneliti dan Siswa dalam Pembelajaran. Hasil pengamatan
terhadap hasil belajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Data hasil tes siklus 1
No |
Nama |
Aspek penilaian |
Jml |
Nilai |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
||||
1 |
Ananda AriI N |
10 |
20 |
20 |
15 |
10 |
75 |
75 |
2 |
Anissa Alfi Lutfiah |
20 |
15 |
15 |
20 |
10 |
80 |
80 |
3 |
CHELISYA NADA R |
10 |
15 |
15 |
20 |
10 |
70 |
70 |
4 |
DAVA FAJAR AL |
15 |
15 |
20 |
15 |
20 |
85 |
85 |
5 |
DELLA ASTIYANI |
10 |
20 |
20 |
15 |
10 |
75 |
75 |
6 |
Een Madu Ratna |
15 |
20 |
20 |
15 |
15 |
85 |
85 |
7 |
Gilang Pratama |
20 |
15 |
15 |
15 |
10 |
75 |
75 |
8 |
Hajrah |
20 |
15 |
15 |
10 |
5 |
65 |
65 |
9 |
Khairul Anam |
15 |
15 |
20 |
15 |
20 |
85 |
85 |
10 |
Khoiril Kamal |
10 |
20 |
20 |
15 |
10 |
75 |
75 |
11 |
M. Luthfi Jayyid |
15 |
15 |
5 |
15 |
10 |
60 |
60 |
12 |
M. Nabil AlFarobby |
10 |
10 |
15 |
10 |
20 |
65 |
65 |
13 |
M. REFAN |
15 |
15 |
15 |
10 |
10 |
65 |
65 |
14 |
MAYANG |
10 |
10 |
20 |
20 |
15 |
75 |
75 |
15 |
Nadia Cahya Kartika |
10 |
10 |
10 |
15 |
15 |
60 |
60 |
16 |
Putra Arya Taufiq |
20 |
20 |
5 |
15 |
15 |
75 |
75 |
17 |
Putri dayana Batriazia |
15 |
10 |
20 |
10 |
15 |
70 |
70 |
18 |
Restu Septi R |
15 |
20 |
15 |
10 |
5 |
65 |
65 |
19 |
Riki ardiansyah |
20 |
10 |
15 |
10 |
20 |
75 |
75 |
20 |
SAIFUL ROHMAN |
15 |
15 |
15 |
10 |
10 |
65 |
65 |
21 |
SANDY RAMADANI |
15 |
20 |
20 |
15 |
10 |
80 |
80 |
22 |
Titan Septriana K |
10 |
10 |
20 |
15 |
5 |
60 |
60 |
23 |
Yayan Hardiansyah |
20 |
15 |
15 |
5 |
10 |
65 |
65 |
24 |
ZAHRA CAHYA N |
10 |
10 |
20 |
15 |
5 |
60 |
60 |
25 |
Zulfa Rahmadani |
20 |
15 |
15 |
5 |
10 |
65 |
65 |
Jumlah Nilai Siswa |
1775 |
|||||||
Rata-Rata |
71 |
|||||||
Jumlah Siswa Tuntas |
13 |
|||||||
Jumlah Siswa Tidak Tuntas |
13 |
|||||||
Jumlah Siswa Keseluruhan |
25 |
P
= (Jumlah siswa yang Tuntas Belajar)
x 100%
(Jumlah Siswa Maksimal )
P = 13 x100%
25
P = 52 %
Dari
tabel hasil tes siklus 1
tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar
adalah sebanyak 13 siswa dan 12 siswa yang tuntas belajar. Berdasarkan tabel dapat
diketahui juga, nilai rata-rata siswa
pada tes awal adalah sebesar 71 dan persentase ketuntasan belajar sebesar 56,2%. Hasil dari tes siklus 1
masih jauhdari ketuntasan kelas yang
diinginkan oleh peneliti yaitu 75%. Dengan hasil tes awal itu, peneliti
memutuskan untuk mengadakan penelitian pada materi membuat sinopsis dengan menggunakan reciation method untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan metode penugasan mengalami
peningkatan. Beberapa catatan lapangan yang dibuat peneliti yaitu:
1. Siswa
tampak kurang antusias ketika diberi tugas.
2. Membutuhkan
waktu yang lama dalam membaca cerpen yang diberikan peneliti.
Dengan
demikian masih diperlukan siklus berikutnya untuk membuktikan bahwa reation
method mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX
B SMP Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.
Refleksi
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan
peneliti bersama teman sejawat peneliti melakukan kegiatan refleksi terhadap
hasil tes akhir, hasil observasi pada siklus 1 dibantu teman sejawat, maka
diperoleh beberapa hal sebagai berikut:
a.
Hasil evaluasi siswa
berdasarkan pelaksanaan tes akhir siklus 1 ini sudah mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tes pertama yang dilakukan pada siklus 1. Hasil tes pertama
yang semula pencapaian 61,7% menjadi 71%.
b.
Melalui pembelajaran yang
menggunakan metode penugasan (reciation Method) kegiatan pembelajaran
menunjukkan adanya peningkatan minat siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa
Indonesia meskipun masih ada siswa yang masih belum aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
c.
Ada beberapa hal yang
dilupakan oleh peneliti dalam tindakan pembelajaran sehingga hasil yang dicapai
belum begitu optimal. Masalah-masalah
yang timbul disebabkan faktor-faktor antara
lain:
1. Siswa masih pasif dalam mengemukakan
pendapat pada kelompoknya dan hanya beberapa siswa yang aktif sehingga proses
pelaksanaan diskusi dalam tim-tim kecil kurang bisa membawa siswa untuk aktif
berbicara mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan.
2. Siswa masih kurang percaya diri
dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dari
uraian di atas, secara umum pada siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan
partisipasi aktif dari siswa, belum adanya peningkatan hasil belajar siswa,
karena belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Oleh
karena itu penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus II agar hasil belajar
Bahasa Indonesia siswa bisa meningkat
sesuai dengan yang diharapkan.
Deskripsi
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan
tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II dilaksanakan hari Senin 07
Maret 2022 pertemuan pertama dan pada tanggal
hari Senin tanggal 14 Maret 2022 yang
terletak di ruang kelas IX B SMP Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur dalam satu kali
pertemuan yang terdiri dari 2 x 40 menit (dua jam pelajaran). Adapun materi yang akan
diajarkan adalah membuat sinopsis remaja. Proses dari siklus II akan diuraikan
sebagai berikut :
1) Perencanaan
Sebelum
melakukan penelitian tahap kedua, terlebih dahulu peneliti membuat RPP terlebih
dahulu lengkap dan soal untuk tes akhir siklus II. Sedangkan untuk alat peraga,
dalam siklus II ini peneliti tetap menggunakan media seperti siklus I. Karena
peneliti tidak akan mebuat indikator baru dalam siklus II, akan tetapi
mengulang pada indikator yang belum mencapai keberhasilan secara maksimal.
1)
Pelaksanaan
a) Kegiatan
Awal
Dalam kegiatan awal (15 menit) kegiatan peneliti selama
di kelas yaitu guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam dan membaca doa bersama selanjutnya, mengecek kehadiran siswa dengan
mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta dilanjutkan dengan
apersepsi tentang menentukan unsur intrinsik cerpen, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pemberian
motivasi untuk meningkatkan minat belajar siswa. Selanjutnya guru menyampaikan
apersepsi dengan mengajukan soal menentukan unsur intrinsik
cerpen.
b)
Gambar
3. saat mempresentasekan tugas kelompok
Sebelum memberikan lembaran soal yang
merupakan tes akhir II, peneliti menanyakan kembali yang
berkaitan dengan materi menentukan unsur intrinsik cerpen yang dijelaskan
kemarin. Siswa pun menjawab pertanyaan tersebut dengan antusias. Karena
terlihat banyak yang sudah mengerti. Setelah
guru menyampaikan
semua materi sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan, guru membagikan
lembar soal terhadap 24 siswa dilakukan tes berbentuk uraian yaitu menentukan
unsur intrinsik cerpen. Dalam tes tersebut, masing-masing siswa ditugaskan
untuk menentukan unsur intrinsik cerpen, lalu menentukan menentukan unsur
intrinsik cerpen, setelah itu siswa ditugaskan untuk menentukan unsur intrinsik
cerpen yang telah dibaca dengan memperhatikan: 1) gagasan utama, 2) kelengkapan
tokoh, 3) menggunakan kalimat yang efektif, dan menarik, (4) sinopsis tidak
menyimpang dari jalan cerita dan (5) penggunaan EYD.
c) Observasi
Observasi
pada penelitian ini dilakukan oleh seorang
observer yaitu teman sejawat. Observasi ini dilaksanakan sesuai dengan pedoman
observasi terlampir. Jika ada hal-hal yang penting terjadi dalam pembelajaran
dan tidak ada dalam lembar observasi, maka dimasukkan dalam catatan lapangan.
Berikut
ini adalah uraian data hasil observasi: Data Hasil Observasi Peneliti dan Siswa
Dalam Pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap aktivitas peneliti dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Aktivitas Peneliti (guru) pada Siklus II
No |
Aspek
Yang di Nilai |
Siklus II |
1 |
Membuka pelajaran |
4 |
2 |
Melakukan Apersepsi |
4 |
3 |
Penyampaian tujuan pembelajaran |
3 |
4 |
Memotivasi siswa dalam pembelajaran |
4 |
5 |
Penguasaan materi |
4 |
6 |
Penggunaan metode dan teknik pembelajaran |
4 |
7 |
Penguasaan kelas pembelajaran |
3 |
8 |
Memberi kesempatan bertanya dan tanggapan pada siswa |
3 |
9 |
Kemampuan bertanya dan menanggapi |
4 |
10 |
Membimbing siswa membuat rangkuman |
3 |
11 |
Memberikan evaluasi |
4 |
12 |
Interaksi guru dengan siswa |
4 |
13 |
Pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu |
4 |
14 |
KBM sesuai dengan scenario dan silabus |
3 |
Jumlah |
51 |
|
Persentase |
91,1 |
Berdasarkan tabel di atas, dapat di
lihat bahwa secara umum kegiatan siswa belum sesuai harapan karena masih banyak
deskriptor yang tidak muncul dalam aktivitas siswa selama pembelajaran. skor
yang diperoleh tentang aktivitas guru adalah 52, sedangkan skor maksimal adalah
56 Sehingga skor yang diperoleh
rata-rata adalah:
Presentasi
nilai rata-rata
Presentasi
nilai rata-rata = 51 x
100 % = 91,1%
56
Sesuai taraf keberhasilan yang telah
ditetapkan maka taraf keberhasilan aktivitas guru berada pada kategori sangat
baik.
Pada
pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa aktivitas yang dilakukan peneliti
sudah sesuai dengan apa yang direncanakan dengan baik terkait pelaksanaan
tindakan dalam penelitian. Selain itu penggunaan method reciation yang dilakukan pada siklus pertama lalu
kurang begitu optimal, pada siklus kedua ini sudah sangat baik dalam penyampaian
langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian maupun dalam proses belajar
siswa. Sementara itu, berikut ini hasil
observasi terhadap aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan
Aktivitas Siswa Siklus II
No |
Aspek
Yang di Nilai |
Siklus II |
1 |
Siswa
termotivasi untuk menggunakan kemampuan berfikirnya |
4 |
2 |
Keaktifan siswa dalam mengidentifikasikan konsep |
3 |
3 |
Siswa belajar dalam keadaan senang dan gembira |
4 |
4 |
Ketepan siswa dalam mencari pasangan kartu |
4 |
5 |
Terjadi interaksi siswa dengan siswa |
4 |
6 |
Terjadi interaksi siswa dengan guru |
4 |
7 |
Siswa berani untuk menyampaikan hasil temuannya |
3 |
8 |
Kerjasama antar siswa |
4 |
9 |
Siswa melaksanakan refleksi |
3 |
Nilai hasil belajar siswa |
33 |
|
Persentase |
91,7 |
Berdasarkan tabel di atas, dapat di
lihat bahwa secara umum kegiatan siswa telah sesuai harapan karena siswa telah
aktiv dalam proses pembelajaran berlangsung. skor yang diperoleh tentang
aktivitas siswa adalah 33, sedangkan skor maksimal adalah 36 Sehingga skor yang diperoleh rata-rata
adalah:
Presentasi
nilai rata-rata
Presentasi
nilai rata-rata = 33 x
100 % = 91,7%
36
Sesuai taraf keberhasilan yang telah
ditetapkan maka taraf keberhasilan aktivitas siswa berada pada kategori sangat
baik.
Setelah melaksanakan pertemuan
pertama, maka pada pertemuan kedua dilaksanakan tes akhir untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang telah disampaikan. Adapun
data hasil tes akhir siswa disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.5 Data hasil tes siklus II
O |
Nama |
Aspek penilaian |
Jml |
Nilai |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
||||
1 |
Ananda AriI N |
15 |
25 |
20 |
15 |
20 |
95 |
95 |
2 |
Anissa Alfi Lutfiah |
20 |
15 |
15 |
20 |
10 |
80 |
80 |
3 |
CHELISYA NADA R |
20 |
15 |
15 |
20 |
10 |
90 |
90 |
4 |
DAVA FAJAR AL |
15 |
15 |
20 |
10 |
15 |
75 |
75 |
5 |
DELLA ASTIYANI |
20 |
20 |
15 |
15 |
20 |
90 |
90 |
6 |
Een Madu Ratna |
15 |
20 |
20 |
15 |
15 |
85 |
85 |
7 |
Gilang Pratama |
20 |
15 |
15 |
15 |
20 |
85 |
85 |
8 |
Hajrah |
10 |
15 |
15 |
5 |
15 |
60 |
60 |
9 |
Khairul Anam |
15 |
15 |
20 |
15 |
20 |
85 |
85 |
10 |
Khoiril Kamal |
10 |
20 |
20 |
15 |
10 |
75 |
75 |
11 |
M. Luthfi Jayyid |
15 |
15 |
15 |
15 |
20 |
80 |
80 |
12 |
M. Nabil AlFarobby |
10 |
20 |
25 |
20 |
20 |
95 |
95 |
13 |
M. REFAN |
15 |
25 |
15 |
20 |
15 |
90 |
90 |
14 |
MAYANG |
20 |
15 |
20 |
20 |
15 |
75 |
90 |
15 |
Nadia Cahya Kartika |
20 |
15 |
20 |
15 |
15 |
85 |
85 |
16 |
Putra Arya Taufiq |
20 |
20 |
5 |
15 |
15 |
75 |
75 |
17 |
Putri dayana Batriazia |
15 |
15 |
10 |
10 |
15 |
65 |
65 |
18 |
Restu Septi R |
15 |
20 |
15 |
25 |
15 |
90 |
90 |
19 |
Riki ardiansyah |
20 |
10 |
15 |
10 |
20 |
75 |
75 |
20 |
SAIFUL ROHMAN |
25 |
15 |
15 |
20 |
20 |
95 |
95 |
21 |
SANDY RAMADANI |
15 |
20 |
20 |
15 |
10 |
80 |
80 |
22 |
Titan Septriana K |
10 |
15 |
20 |
15 |
15 |
75 |
75 |
23 |
Yayan Hardiansyah |
20 |
15 |
15 |
15 |
20 |
85 |
85 |
24 |
ZAHRA CAHYA N |
20 |
15 |
20 |
20 |
15 |
75 |
90 |
25 |
Zulfa Rahmadani |
20 |
15 |
20 |
15 |
15 |
85 |
85 |
Jumlah Nilai Siswa |
2075 |
|||||||
Rata-Rata |
83 |
|||||||
Jumlah Siswa Tuntas |
21 |
|||||||
Jumlah Siswa Tidak Tuntas |
2 |
|||||||
Jumlah Siswa Keseluruhan |
23 |
Hasil
tes akhir siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa 82,6. Dari hasil tes akhir
siklus II tersebut, hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan bila di
bandingkan dengan hasil tes akhir siklus I
yaitu 60,9. Dari tabel hasil tes akhir tersebut di atas diperoleh 23 siswa telah memperoleh
nilai ≥ 75, sudah memenuhi kriteria
ketuntasan minimum.
Persentase ketuntasan:
P =
P = 21 x 100% = 91,3%
23
Persentase
ketuntasan belajar pada siklus II adalah 91,3%, yang berarti bahwa persentase
ketuntasan belajar siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan yang telah
ditentukan, yaitu 75%. Sehingga tidak perlu diadakan siklus selanjutnya.
d) Refleksi
Berdasarkan
kegiatan refleksi terhadap siklus II hasil tes akhir pengamatan dan catatan
lapangan, maka dapat diperoleh beberapa hal yaitu:
(a) Aktivitas peneliti sudah
menunjukkan tingkat keberhasilan pada kriteria sangat baik. Oleh karena itu
tidak perlu pengulangan siklus.
(b) Aktivitas siswa sudah
menunjukkan tingkat keberhasilan yang sangat baik. Oleh karena itu tidak
diperlukan pengulangan siklus.
(c) Berdasarkan
tes akhir siklus II, dan membandingkan dengan siklus I, Hasil belajar siswa
menunjukkan peningkatan. Oleh karena itu, tidak diperlukan pengulangan siklus. Dapat dilihat pada tabel
rekapitulasi skor perolehan nilai siswa.
Tabel
4.6 Rekapitulasi skor perolehan nilai individu
No |
Nama Siswa |
Nilai pra siklus |
Ketuntasan |
Nilai siklus 1 |
Ketuntasan |
Nilai siklus II |
Ketuntasan |
KKM KD |
1 |
Ananda Arii N |
60 |
TT |
75 |
T |
95 |
T |
75 |
2 |
Anissa
Alfi Lutfiah |
50 |
TT |
80 |
T |
80 |
T |
|
3 |
Chelisya
Nada R |
55 |
TT |
70 |
T |
90 |
T |
|
4 |
Dava
Fajar Al |
60 |
TT |
85 |
T |
75 |
T |
|
5 |
Della
Astiyani |
77 |
T |
75 |
T |
90 |
T |
|
6 |
Een
Madu Ratna |
60 |
TT |
85 |
T |
85 |
T |
|
7 |
Gilang
Pratama |
60 |
TT |
75 |
T |
85 |
T |
|
8 |
Hajrah |
76 |
T |
65 |
TT |
60 |
TT |
|
9 |
Khairul
Anam |
65 |
T |
85 |
T |
85 |
T |
|
10 |
Khoiril
Kamal |
60 |
TT |
75 |
T |
75 |
T |
|
11 |
M.
Luthfi Jayyid |
45 |
TT |
60 |
TT |
80 |
T |
|
12 |
M.
Nabil Alfarobby |
50 |
TT |
65 |
TT |
95 |
T |
|
13 |
M.
Refan |
76 |
T |
65 |
TT |
90 |
T |
|
14 |
Mayang |
50 |
TT |
75 |
T |
90 |
T |
|
15 |
Nadia
Cahya Kartika |
50 |
TT |
60 |
TT |
85 |
T |
|
16 |
Putra
Arya Taufiq |
55 |
TT |
75 |
T |
75 |
T |
|
17 |
Putri
Dayana Batriazia |
60 |
TT |
70 |
TT |
65 |
TT |
|
18 |
Restu
Septi R |
45 |
TT |
65 |
TT |
90 |
T |
|
19 |
Riki
Ardiansyah |
50 |
TT |
75 |
T |
75 |
T |
|
20 |
Saiful
Rohman |
45 |
TT |
65 |
TT |
95 |
T |
|
21 |
Sandy
Ramadani |
50 |
TT |
80 |
T |
80 |
T |
|
22 |
Titan
Septriana K |
77 |
T |
60 |
TT |
75 |
T |
|
23 |
Yayan
Hardiansyah |
50 |
TT |
65 |
TT |
85 |
T |
|
24 |
Zahra
Cahya N |
50 |
TT |
60 |
TT |
90 |
T |
|
25 |
Zulfa
Rahmadani |
55 |
TT |
65 |
TT |
85 |
T |
|
Jumlah skor yang diperoleh |
1405 |
|
1775 |
|
2075 |
|
|
|
Nilia rata – rata siswa |
56,2 |
71 |
83 |
|||||
Jumlah siswa
seluruhnya |
25 |
13 |
21 |
|||||
Jumlah siswa yang tidak tuntas |
21 |
13 |
2 |
|||||
Jumlah siswa tuntas |
4 |
25 |
23 |
Berdasarkan
tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan
mulai tes awal, tes siklus
I, sampai tes akhir siklus
II. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai siswa 56,2 tes awal meningkat
menjadi 71 (tes siklus I), dan meningkat
lagi menjadi 83
(tes akhir siklus II).
Peningkatan hasil belajar siswa dapat digambarkan pada diagram di bawah ini:
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
mengharuskan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok ahli dan menyampaikan hasil
diskusi dalam kelompok ahli masing-masing kepada temannya dalam kelompok asal.
Dalam penyampaian informasi hasil diskusi pada kelompok asal, semua siswa akan
dituntut untuk berbicara dan mengembangkan keterampilan berbicara yang
dimilikinya. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini
telah berhasil dilakukan dengan adanya perubahan nilai peserta didik di kelas.
Dapat dilihat dari hasil rata-rata prasiklus 56,2 dan siklus 1 rata-rata adalah
71 sedangkan rata-rata siklus 2 adalah 83 dari jumlah siswa sebanyak 25 orang.
Penelitian ini juga bertujuan
meningkatkan prose pembelajaran keterampilan berbicara siswa dan menciptakan
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Adapun manfaat bagi peserta didik
dapat memotivasi siswa dalam belajar. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan metode kooperative lerning tipe jigsaw sangat membantu guru
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Saran
Saran yang penulis sampaikan dalam
penelitian tindakan kelas ini yaitu
1.
Bagi
Guru SMPN 2
Tanjung Jabung Timur, hendaknya selalu meningkatkan khasanah keilmuan tentang
metode atau model yang berhubungan dengan peningkatan hasil belajar siswa.
Selain itu siswa juga akan lebih bersemangat jika menjalani sistem pembelajaran
yang bervariasi.
2.
Bagi
Siswa SMPN 2
Tanjung Jabung Timur, hendaknya belajar dengan lebih giat dan aktif dalam
proses pembelajaran serta tidak menggantungkan segala sesuatunya pada siswa
lain sehingga prestasi belajarnya yang terus meningkat dan mendapatkan nilai
bagus demi menyongsong masa depan.
3.
Bagi
Peneliti lain atau pembaca
Bagi
penulis yang mengadakan penelitian sejenis, hasil penelitian ini dapat
digunakan untuk menambah wawasan tentang meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia pada materi
Cerpen dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif learning tipe jigsaw dalam pembelajaran di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Agus
Suprijono. (2011). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ahmad
Susanto. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Ara
Hidayat dan Imam Machali. (2012). Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta:
Kaukaba.
Daryanto.
(2011). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.
Yogyakarta: Gava Media.
Hendri Guntur
Tarigan. (2013). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung:
CV. Angkasa.
Imam
Suyitno. (2013). Karya Tulis Ilmiah. Bandung: PT. Refika Aditama.
Isjoni. (2009). Pembelajaran
Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pusat.
Miftahul Huda.
(2014). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.