Markobar-kobar : "Mari Koalisi Bareng, Korupsi Bareng!"
Oleh Agung Marsudi
MARKOBAR yang ini, bukan Martabak Kota Barat, milik Gibran Rakabuming Raka, tapi singkatan dari "Mari Koalisi Bareng, Korupsi Bareng". Tentu hanya plesetan, menyikapi soal copras-capres, kualisi-koalisi. Makin besar koalisi, makin besar peluang kolusi. Naga-naganya korupsi.
Koalisi, Bareng, Korupsi, Bareng. Gayeng!
Gayeng tidak hanya milik Jawa Tengah. "Jateng Gayeng!" Tapi juga milik para partai yang kini masih asik lobi-lobi, seperti labi-labi. Rakyat tak pernah diajak komunikasi. Padahal jika rakyat diajak "mbarang" sana-sini, demokrasi pasti gayeng.
Kata mbah Dul, Mojo, "Sigrak kendangane!"
Pesta demokrasi di level desa, dari dulu kala ketika pilihan lurah, rakyat selalu "bungah". Karena mereka tidak mencoblos foto calon lurah, tapi simbol-simbol penguripan, seperti jagung, pari, singkong, dan sebagainya. Pilihannya tidak mencoblos, tapi hitung "biting" atau jumlah lidi.
Demokrasi lidi di desa-desa telah berlangsung secara turun-temurun. Rakyat tak "nggumun" ketika harus bertemu dengan demokrasi transaksional seperti sekarang, yang markobar-kobar.
Markobar itu enak, dan gurih. Markobar-kobar adalah rayuan politik tersembunyi, di balik koalisi.
Solo, 25 Mei 2023