"ITU, MOTOR INVENTARIS!"
Oleh Agung Marsudi
LANGIT mendung pekat. Di beberapa titik sudah terlihat hujan. Tapi, di Sidodadi, desaku hujan masih enggan turun. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Karena sudah lama, taragak jo masakan Padang, sore itu saya ingin ke kota, ke Masaran, sebuah ibukota kecamatan di kabupaten Sragen.
Kepingin, nila bakar khas Rumah Makan Padang di simpang pasar Masaran. Tak sabar, saya hanya pakai sarung hitam motif Garuda, kaos kuning Denis. Lalu bergegas mengambil kunci motor Suzuki lama, plat merah AD.
Baru pegang stang motor, ibuku menegur. "Jangan pakai motor itu, itu inventaris," katanya. Seperti disambar petir. Luar biasa teguran ibuku. Padahal jarak desaku dengan Masaran, hanya sekitar 2 kilometer. Tersadar saya salah, sayapun jalan kaki, sambil menunggu, siapa tahu ada omprengan.
Sepanjang jalan, saya termenung. Teguran ibuku yang tak biasa itu, gak boleh memakai sesuatu yang bukan haknya, bukan untuk kepentingannya.
Dalam hati, saya mengucapkan terima kasih pada ibu. Karena saya memang tidak punya hak. Motor dinas itu sesekali dipakai oleh anak laki-laki adik perempuanku, yang kerja di sebuah kantor pemerintah.
Hari gini, taat asas, taat aturan, menempatkan sesuatu pada tempatnya, memang terasa langka. Tapi teguran ibuku, menunjukkan sikap orang tua desa yang justru luar biasa.
Ya, desa yang melahirkan Indonesia.
Solo, 23 Februari 2023