Agung Marsudi |
ENERGI POMESMAWI
Oleh Agung Marsudi
AWALNYA adalah sebuah infografis bergambar bohlam warna kuning emas, yang memiliki filosofi menerangi, "mendidik dengan hati, mencerdaskan dengan motivasi"
Lalu ia menjadi energi baru, yang terbarukan. Ia potensi, sumberdaya pondok pesantren terbaharui.
Menjelang usianya yang 150 tahun, Pondok Mesjid Madrasah Wathoniyah Islamiyah (Pomesmawi) membutuhkan sebentuk sinergitas para pemangku kepentingan, yang boleh jadi bebas nilai, tapi bobot misinya terintegrasi dan berkemajuan, dan tetap merawat kearifan lokal, di tengah kecepatan dan percepatan teknologi informasi dan digitalisasi.
Sebagai seorang praktisi migas, tak pantas jika saya harus mematut diri menjadi seorang konsultan manajemen, apalagi manajemen pondok pesantren, yang harus memberikan saran, ide, untuk pengembangan Yayasan dari sisi manusia dan prosesnya. Mendiagnosa kondisi Yayasan dan apa yang semestinya dikerjakan (anatomi dan reposisi)
Lalu mempresentasikan berbagai ide dari hasil analisa di hadapan klien, dalam hal ini para stakeholder Yayasan Pomesmawi di Pondok Imam Bukhari, Solo (11-12 Desember 2022).
Hasilnya adalah sebuah rekomendasi dan tindak lanjut agar Yayasan Pomesmawi tertanggal 1 Januari 2023 (semester 2 Kalender Pendidikan 2022/2023) mulai menerapkan manajemen sentralisasi, karena pertimbangan; ukuran organisasi, biaya, gaya manajemen, kualitas pimpinan di setiap level, sebaran kegiatan dan lingkungan.
Bertemu dengan para pemangku kepentingan Yayasan POMESMAWI bagi saya adalah kehangatan dan kebaikan. Dari mereka saya belajar tentang keikhlasan. Ikhlas yang diajarkan dengan kerja. Karena kerja adalah cara saya berdoa.
Dari lantai atas mesjid Jami' Kebarongan, saya melihat fajar kedua dari timur, membuka hari, cerita gemilang Pomesmawi akan kembali.
Terima kasih kepada ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, yang telah mengantarkan saya berada di halaman ilmu yang begitu luas di Kebarongan. Sebuah pondok pesantren yang sudah berusia, yang kini makin terlihat muda, karena semangatnya, "Mencetak generasi ulul albab".
Sebuah visi tak bertepi.
*) Catatan perjalanan ke Kroya: Dari Balik Jendela Kereta Melihat Indonesia