"Rakyat Gak Boleh Berteriak!"
Oleh Agung Marsudi
"Balekambang Kumandang!" Begitulah tema Pameran dan Lomba Burung Berkicau, di Taman Balekambang Solo, Minggu siang (13/11/2022).
Burung-burung digantang berkicau, di sana-sini. Meski sepertinya hanya dewan juri yang bisa menikmati (ditandai dengan menaruh bendera di kursi). Selebihnya, para pengunjung yang tumpah ruah di taman yang sudah berusia 100 tahun itu, tak banyak yang mengerti.
Di Sorsi (ngisor trembesi), tepatnya di antara tenda-tenda putih bertuliskan Dispertan KP dan P Kota Surakarta, serta Aspartan Berseri, para penjual es teh jumbo, bakso, leci yakult, indomi rebus, limun jadoel, batagor, siomay, pempek, sweet corn, pentol monster, es kapal, es colup, burger kebab, otak-otak crispy (usaha UMKM), gak penting burung berkicau atau berbunyi, mereka sibuk melayani pembeli.
Lalu di meja-meja besar kayu jati, dengan dingklik mungil seukuran pantat kukusan, menjadi rebutan pengunjung. Di sudut panggung, ada seorang pengunjung memakai kaos hitam bertuliskan, #menolakpunah, tak bisa menolak ketika dihampiri beberapa SPG cantik, menawarkan produk promosi.
Sementara dari arena lomba, suara seorang laki-laki setengah tambun, terus menggelegar membawakan acara. Layaknya announcer tinju di tivi-tivi.
"Tetap tenang, dan tidak perlu berteriak!" teriaknya. Berkali-kali ia menyebut, "Solo benar-benar tidak berteriak!"
Rupanya, yang boleh berteriak, hanya pembawa acaranya. Sang Corong. Namanya "Mas Bagong".
"Utang banyak, rakyat gak boleh berteriak!"
"Ketika utang ditagih, rakyat disuruh bayar pajak. Pedes koyo sambele mbok Galak!"
Gimana logikanya, utang negara dan utang swasta, menjadi utang rakyat! Sementara dana-dana bantuan untuk rakyat, disunat-sunat, lalu dipotong dua "belah semangka".
Masih kata Bagong, "Indonesia ini negeri hiburan, bukan negeri keributan"
Karena suara "Mbah Bagong" yang bermonolog ria, mulai terasa panas di telinga, saya tinggalkan arena para pecinta burung. Dari pojok pasar burung saya lanjut ke bendung.
Bendung Tirtonadi, yang kini menjadi destinasi. Dulu, waktu Jokowi kecil, boleh jadi senang "nglangi" di kali ini. Jokowi muda jadi walikota, Jokowi setengah tua jadi gubernur Jakarta, Jokowi tua jadi presiden Indonesia.
"Rakyat benar-benar gak boleh berteriak!"
Next Jokowi, opo yo iso "lali" karo Megawati.
Solo, 13 November 2022