Politik "Rapopo"
Oleh Agung Marsudi
POLITIK tidak semestinya buta, bisu, apalagi tuna rungu.
Belum sampai satu menit, catatan saya berjudul, "Takutlah Jika, "2024 Rakyat Hanya Diterbangkan Kata-Kata". Dijawab langsung oleh seorang ibu muda, beranak empat, nun jauh di sana.
"Makan gak bisa. Bisanya bengong karena tidak ada apa-apa yang dimakan. "Nasi bukan kata!" katanya.
"Esuk mangan "dong telo" awan mangan "dong koro" bengi mangan opo. Wis, gak nelongso karo uro-uro!"
"Janganlah banyak kata, banyaklah nrimo, karena negara kita "opo-opo ono" tinggal "ngiler" wae opo wis tersedia asal mau nrimo (menerima)"
Persis yang ini, "Golkar Manut Arahan Jokowi soal Usungan di Pilpres 2024".
Rakyat butuh sesuap nasi, dijejali pidato demokrasi. Negara kaya laut, impor garam. Sawah terbentang luas, tapi impor beras.
"Rapopo, politik itu asik. Munafik," imbuhnya menggelitik.
Sudah ditunggu hingga jam 11.59 WIB di rekeningnya belum ada sms banking, lalu ia bilang, "Di balik politik yang glowing, ada istri yang gulung koming".
Alamak!
Solo, 24 Oktober 2022