"Eureks Moment" Ini Dia Biang Keroknya!
Oleh Agung Marsudi
AKHIRNYA apa yang ditakutkan terkait boom sakit, menyakitkan. Mafia sawit terungkit. Larangan ekspor minyak sawit oleh pemerintah, Kamis besok (28/4/2022) dampaknya bakal nembak kemana-mana. Padahal awalnya, hanya dipicu langkanya minyak goreng di pasar, hingga mendongkrak harga, di tengah kesulitan rakyat, yang merata-rata.
"Eureka Moment". Ini Dia!
Kejagung bergerak cepat, dengan ditangkapnya "para mafia". Negara tak boleh kalah dengan mafia. Prahara tak boleh terjadi, justru ketika Indonesia menyandang gelar, sebagai produsen dan pengekspor minyak nabati utama dunia.
Kabar terbaru, negara Jiran Malaysia, mulai bersuara. Sebuah kelompok minyak sawit Malaysia yang didukung negara, Senin (25/4/2022) memperingatkan krisis pasokan menyusul larangan ekspor minyak sawit Indonesia.
Legitnya duit sawit, lapar lahan, lapar pasokan, lapar perut. Kemelut!
Sinyalnya, pasokan minyak nabati global mulai tersendat oleh cuaca buruk, sejak invasi Rusia ke Ukraina, konflik tersebut telah memperburuk kenaikan harga komoditas pangan, yang sudah mencapai level tertinggi 10 tahun dalam indeks FAO, mengancam lonjakan kekurangan gizi global. Dan konsumen global tidak punya pilihan selain membayar mahal untuk suplai.
Negara-negara harus menghentikan sementara atau memperlambat penggunaan minyak nabati sebagai biofuel untuk memastikan pasokan yang memadai untuk digunakan dalam makanan.
Dalam konteks Indonesia, pemerintah tak boleh lupa dengan kebijakan memprioritaskan minyak sakit untuk kebutuhan pangan rakyatnya. Manusia juga berharga untuk diurusi, meski kebijakan ekspansif akan biodesel tak boleh berhenti.
Kebijakan pro rakyat, memang membutuhkan kearifan. Tata kelola tak boleh begitu saja diserahkan pasar, lalu menjadi gula, oleh "para mafia".
Semut saja tahu gula, apalagi manusia.
"Jagonya sawit!" Ya, Indonesia.
Duri, 27 April 2022