Cak Nun : Apa Alasan Sejarahmu?
Oleh Agung Marsudi
KAMIS dini hari itu saya sendirian, menaiki tangga demi tangga, tempat parkir Malioboro lantai tiga. Yogya dari atap, masih gelap. Matahari masih sembunyi di balik gedung-gedung tinggi, tiang-tiang listrik, baliho dan billboard yang berdiri.
Dari arah timur kereta api merayap, membelah kesunyian pagi, menuju stasiun Tugu. Kamera videoku menyala, merekam rangkaian gerbong-gerbong yang tak sombong.
Usai subuh, semburat jingga mulai berpendar, langit seperti layar lebar, ada pantulan cahaya, menerangi pojok jalan dan Selasar. Ada sisa awan hitam yang menggumpal, siluet kepala Sengkuni yang tak bergelung. Pelan, lama membubung. Lalu suwung.
Suara seorang ksatria membangunkan, mereka yang pulas tidur, mendengkur.
"Kalian ini,
pemimpin-pemimpin Indonesia ini,
yang mana yang ndak Sengkuni
Terus kalian menjadi Sengkuni
Atas penderitaan apa?"
Kamu pernah susah apa hidupmu
Kamu itu atas nama penderitaan
yang bagaimana
sehingga kamu jahat kepada rakyat itu
Apa alasan sejarahmu?
Kalau Sengkuni ada alasannya untuk jahat
meskipun kejahatan dia
tidak sepadan sama sekali
dengan penderitaannya
Lhaa...ini Indonesia
Ini kamu menderita apa
Sehingga kamu kejamnya itu
Begitu rupa kepada rakyat
Kamu pernah menderita apa
Kamu pernah miskin apa
Karena kamu pernah puasa kayak apa
Kamu pernah tirakat apa
Kamu lancar-lancar semua kok..
Kamu bisa bayar miliaran rupiah
Untuk menjadi pejabat
Apa alasanmu tuk jahat
Kepada rakyat??
Sengkuni saja tidak sejahat kamu
padahal dia penderitaannya
ribuan kali lipat dibanding
penderitaan hidupmu"
(Pemimpin yang Sengkuni, Cak Nun)
Kereta api kedua, dari arah Jakarta melintas, terdengar keciap burung-burung kecil di sarang pohon pulai. Tukang sapu mengumpulkan dedaunan, yang berserakan dari jalan Mataram.
Becak-becak masih tertidur di trotoar jalan. Tak terganggu keriuhan. Tak ada pejabat yang lewat, yang biasa memecah jalanan. Selalu ada jalan untuk pejabat. Meski tak ada lagi pejabat yang mau berjalan. Membangunkan mimpi rakyat, tentang kesejahteraan yang masih belepotan.
Wajah-wajah Sengkuni bermunculan di jalan demokrasi, gang oligarki.
Yogya, April 2022