Cak Nun : Apa Alasan Sejarahmu?
Print Friendly and PDF
-->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

Cak Nun : Apa Alasan Sejarahmu?

الثلاثاء، 26 أبريل 2022,


Cak Nun : Apa Alasan Sejarahmu?


Oleh Agung Marsudi


KAMIS dini hari itu saya sendirian, menaiki tangga demi tangga, tempat parkir Malioboro lantai tiga. Yogya dari atap, masih gelap. Matahari masih sembunyi di balik gedung-gedung tinggi, tiang-tiang listrik, baliho dan billboard yang berdiri.


Dari arah timur kereta api merayap, membelah kesunyian pagi, menuju stasiun Tugu. Kamera videoku menyala, merekam rangkaian gerbong-gerbong yang tak sombong.


Usai subuh, semburat jingga mulai berpendar, langit seperti layar lebar, ada pantulan cahaya, menerangi pojok jalan dan Selasar. Ada sisa awan hitam yang menggumpal, siluet kepala Sengkuni yang tak bergelung. Pelan, lama membubung. Lalu suwung.


Suara seorang ksatria membangunkan, mereka yang pulas tidur, mendengkur.


"Kalian ini,

pemimpin-pemimpin Indonesia ini, 

yang mana yang ndak Sengkuni

Terus kalian menjadi Sengkuni

Atas penderitaan apa?"


Kamu pernah susah apa hidupmu

Kamu itu atas nama penderitaan

yang bagaimana

sehingga kamu jahat kepada rakyat itu


Apa alasan sejarahmu?


Kalau Sengkuni ada alasannya untuk jahat

meskipun kejahatan dia

tidak sepadan sama sekali

dengan penderitaannya


Lhaa...ini Indonesia

Ini kamu menderita apa


Sehingga kamu kejamnya itu

Begitu rupa kepada rakyat


Kamu pernah menderita apa

Kamu pernah miskin apa


Karena kamu pernah puasa kayak apa

Kamu pernah tirakat apa

Kamu lancar-lancar semua kok..

Kamu bisa bayar miliaran rupiah

Untuk menjadi pejabat


Apa alasanmu tuk jahat

Kepada rakyat??


Sengkuni saja tidak sejahat kamu

padahal dia penderitaannya

ribuan kali lipat dibanding

penderitaan hidupmu"


(Pemimpin yang Sengkuni, Cak Nun)


Kereta api kedua, dari arah Jakarta melintas, terdengar keciap burung-burung kecil di sarang pohon pulai. Tukang sapu mengumpulkan dedaunan, yang berserakan dari jalan Mataram.


Becak-becak masih tertidur di trotoar jalan. Tak terganggu keriuhan. Tak ada pejabat yang lewat, yang biasa memecah jalanan. Selalu ada jalan untuk pejabat. Meski tak ada lagi pejabat yang mau berjalan. Membangunkan mimpi rakyat, tentang kesejahteraan yang masih belepotan.


Wajah-wajah Sengkuni bermunculan di jalan demokrasi, gang oligarki. 



Yogya, April 2022

TerPopuler