IKN : Indonesia, Katulistiwa, Nusantara
Oleh Agung Marsudi
DOKTER ZUL sahabat saya dari Klinik Kebangsaan, dalam tulisannya berjudul, "Menyongsong Era Baru Indonesia" berpendapat:
"Tahun 2021 semua harus sepakat bahwa tahun yang sangat suram bagi bangsa Indonesia. Sakit, pikun dan lelah berkepanjangan. Diagnosa Px yang namanya Ibu Pertiwi adalah pendarahan otak, yang disebabkan oleh kanker (faham kapitalis dan liberalis) sehingga fungsi otak (MPR) menurun drastis, menyebabkan semua organ (DPR, TNI, Polri, Presiden dan Kabinetnya dan organ lain) mal fungsi".
Tiga kata, "semua harus sepakat" agak "mbonek", sebab aktivis gaek dari Surabaya ini justru lupa menambah narasinya yang luar biasa itu dengan ramalan apa yang akan terjadi di tahun 2022. Era Baru Indonesia seperti apa?
(Rapopo, Pak dokter belum dapat bocoran, era baru itu adalah Nusantara).
Sambil menunggu lanjutan serial pindahnya ibukota ke Nusantara, ada baiknya kita ngopi arabica dulu. Siapa tahu ada ilham baru. Apa yang akan terjadi di tahun 2045, sempena 100 tahun Indonesia merdeka.
Akun resmi Kementerian Keuangan merilis: Temankeu sudah siap pindah ke Nusantara?
RUU Ibu Kota Negara sudah disetujui untuk ditetapkan menjadi UU oleh DPR RI kemarin (18/01). Kenapa Pulau Kalimantan dipilih jadi IKN baru?
Ini dia alasannya.
Pemindahan IKN akan mengurangi kesenjangan antar kawasan dan mendorong terbentuknya pusat pertumbuhan ekonomi baru menuju Indonesia Maju.
Indonesia, Katulistiwa, Nusantara, disingkat (IKN) juga. Tak perlu lah bedah filosofi, kajian akademik, atau biayanya berapa, darimana. Kekuasaan itu segalanya. "Katulistiwa" dalam tanda petik, berada di antara Indonesia dan Nusantara. Boleh jadi cara pandang baru politik nusantara adalah politik katulistiwa.
Yang penting, ibukota Indonesia adalah Nusantara. Sehingga siap-siap lembaga yang berakhiran "N" diubah menjadi Nusantara. Misal, Badan Riset dan Inovasi Nusantara (BRIN), BRIN tanpa (A).
Begitulah, kura-kura.
Duri, 20 Januari 2022