NUSANTARAEXPRESS, DURI – NGAJI adalah kata yang tidak terlalu populer. Namun kata NGAJI sangat trend di dunia pesantren. NGAJI disini bukan seperti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan arti Membaca, namun NGAJI disini adalah NGATUR JIWO (bahasa jawa) atau Ngatur Jiwa.
Berbicara
NGAJI, tentu tidak terlepas dengan tatanan hati yang hayati dan tak pernah
mati-mati. Satu intisari dalam hidup yang memang harus dipahami dan dimengerti.
Sangatlah merugi kita sebagai manusia yang tidak memahami sejatinya hati itu
sendiri.
Melawan arus
dari kebiasaan terkadang memang sangat sulit, namun dengan NGAJI akan memberikan
tatanan khusus kepada kita. Terlepas siapapun kita, dan agama apapun. NGAJI
sangat dibutuhkan.
Terlebih
pada era saat ini, suatu era yang sangat serba membingungkan. Teknologi sudah
mendominasi, informasi tidak lagi bisa dibendung. Bahkan para petinggi selalu
meninggi, yang rendah selalu dibawah. Masyarakat bingung, mana yang harus menjadi
panutan. Sementara yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan terus merana
dengan kemiskinannya.
Sudah
saatnya, kita sebagai umat di bumi merenung.
Siapa kita?
Sedang apa?
Mau Kemana?
Dengan NGAJI
(NGATUR JIWO) kita bisa menjawab semua itu.
Terkadang,
kita sebagai manusia terlalu sombong dengan keakuan dan keangkuhannya. Dan
selalu tidak kita sadari semua itu. Bahkan kita selalu membawa “Taek” (bahasa medan)
kemana-mana, namun kita juga masih terlalu sombong dan bahkan keangkuhan selalu
mendominasi.
Siapa yang
menggerakkan seluruh anggota tubuh kita kalau bukan Tuhan.
Siapa yang
memberikan kekayaan kita kalau bukan Tuhan
Siapa yang
memberi kesehatan kita kalau bukan Tuhan
Siapa yang
memberi kesenangan kita kalau bukan Tuhan
Begitu
sombongnya kita, berlagak seperti Super Hero yang serba bisa.
Wahai
saudaraku siapapun kita, sudah saatnya kita sadari itu semua.
Penulis : MISLAM - PPWI