SE(RI)GALA CINA: "20 YEARS LATER"
Indonesia negara yang paling tidak efektif menceritakan dirinya sendiri kepada dunia
Oleh Agung Marsudi
Pagi ini saya membaca kembali, TEMPO edisi 14-20 November 2011 dalam liputan khusus "Republik di Mata Indonesianis", pasang surut peran peneliti asing dalam sejarah Indonesia.
OPINI Tempo, berjudul "Para Indonesianis dan Kontradiksi Itu" halaman 23, alinea terakhir tertulis, "Sekarang ini 90 persen publikasi dalam jurnal akademis tentang Indonesia ditulis bukan oleh orang yang tinggal di Indonesia. Hal ini, menurut Indonesianis Anthony Reid, menjadikan Indonesia negara yang paling tidak efektif menceritakan dirinya sendiri kepada dunia. Satu ironi yang perlu diubah.
Nama-nama seperti George McTurnan Kahin, Benedict Anderson, Herbert Feith, David T. Hill, Daniel S. Lev, Ruth McVey, Denys Lombard, Rudolf Mrazek, Anthony Reid, dan Harold Crouch. Mereka bukan hanya peneliti, tapi juga "juru bicara" yang lebih fasih berbicara tentang Indonesia dibandingkan dengan anak negeri sendiri. (alinea 3).
Dalam konteks kekinian, soal "juru bicara" itu. Dalam hati saya bertanya, apa memang Lord Luhut itu memang terkenal dan berpengaruh di mata dunia, kok begitu seperti dewa.
Lord Luhut sepertinya lebih Cina dari Cina, ketika menjelaskan "Cina di Indonesia", negaranya sendiri. Apa memang Lord Luhut juru bicaranya Cina. Segala urusan, segala kerja. Seperti Se(ri)gala Cina.
Dalam konteks ikon perikehewanan, Cina bisa jadi panda atau naga. Tak dikenal serigala. Nagapun bukan sembarang naga, ini naga yang lidahnya "berapi".
Sebagai warga biasa saya hanya ingin mengingatkan bahwa tujuan negara ini didirikan yang utama, adalah "Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia" sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Itulah tugas mulia setiap warga negara, sehingga memberi karpet merah pada Cina yang memang "merah", mestinya sudah dapat kartu merah.
Jika 20 tahun kemudian, baru ketahuan Cina tidak berjenis kelamin wanita, apakah tetap pantas untuk dimengerti.
Duri, 27 Agustus 2021