NUSANTARAEXPRESS, BREBES – “Ekowisata Dewi Mangrove Sari” Adalah salah satu objek wisata alam hutan mangrove dan perairan di Kabupaten Brebes yang terletak di pesisir utara Kecamatan Brebes, tepatnya di Dukuh Pandansari Desa Kaliwlingi (17 kilometer dari Ibukota Brebes). Akses masuk dari Jalan Raya Pantura adalah disamping Rumah Sakit Bhakti Asih atau Kampus UMUS Brebes ke arah timur menuju Desa Sawojajar.
Untuk sampai ke hutan bakau, diperlukan transportasi laut berupa perahu motor dan berlayar selama 15 menit dan pengunjung tidak perlu membayar untuk pulang-pergi. Pasalnya, dengan harga tiket masuk yaitu 20 ribu rupiah untuk dewasa dan 10 ribu rupiah untuk anak-anak, itu sudah termasuk ongkos perahu.
Berbagai daya tarik wisata meliputi gardu pandang setinggi 7 meter, banana boat dan speed boat, jalan/track hutan dari kayu sepanjang 700 meter untuk menyusuri hutan serta berbagai seafood (kepiting, udang, tiram, ikan dan kerang).
Wisata ini dibangun diatas bekas tambak penduduk yang terkena abrasi sejak tahun 1980-an (kurang lebih 1.100 hektar) yang telah tumbuh subur ditanami penduduk dengan mangrove sejak tahun 2000-an agar gerusan ombak tidak merembet ke pemukiman. Akhirnya, seiring mangrove tumbuh lebat dan rimbun, warga berinisiatif menjadikan kawasan ini sebagai hutan wisata dengan bantuan dana dari pemerintah setempat.
Guna lebih memperkenalkan agrowisata ini, diciptakanlah Lagu Mangrove Sari yang dinyanyikan oleh Giman Angga, warga setempat dan digagas oleh Mashadi, Pengurus Pokdarwis sekaligus pencetus objek wisata serta aktivis lingkungan (peraih Kalpataru Kabupaten Brebes).
“Lagu Mangrovesari ini, mengisahkan tentang sejarah dan budaya pariwisata hutan bakau satu-satunya yang ada di Brebes, dengan harapan dapat menjadi icon wisata serta dapat booming sebagai karya seni asli dari putra daerah,” ungkap Giman, yang aktif sebagai seniman lokal dan telah menyanyikan beberapa lagu dangdut ala Cirebonan serta telah mencetak beberapa video clip. Selasa (30/4/2019). [Bedjo-Aan Pendim Brebes]
Untuk sampai ke hutan bakau, diperlukan transportasi laut berupa perahu motor dan berlayar selama 15 menit dan pengunjung tidak perlu membayar untuk pulang-pergi. Pasalnya, dengan harga tiket masuk yaitu 20 ribu rupiah untuk dewasa dan 10 ribu rupiah untuk anak-anak, itu sudah termasuk ongkos perahu.
Berbagai daya tarik wisata meliputi gardu pandang setinggi 7 meter, banana boat dan speed boat, jalan/track hutan dari kayu sepanjang 700 meter untuk menyusuri hutan serta berbagai seafood (kepiting, udang, tiram, ikan dan kerang).
Wisata ini dibangun diatas bekas tambak penduduk yang terkena abrasi sejak tahun 1980-an (kurang lebih 1.100 hektar) yang telah tumbuh subur ditanami penduduk dengan mangrove sejak tahun 2000-an agar gerusan ombak tidak merembet ke pemukiman. Akhirnya, seiring mangrove tumbuh lebat dan rimbun, warga berinisiatif menjadikan kawasan ini sebagai hutan wisata dengan bantuan dana dari pemerintah setempat.
Guna lebih memperkenalkan agrowisata ini, diciptakanlah Lagu Mangrove Sari yang dinyanyikan oleh Giman Angga, warga setempat dan digagas oleh Mashadi, Pengurus Pokdarwis sekaligus pencetus objek wisata serta aktivis lingkungan (peraih Kalpataru Kabupaten Brebes).
“Lagu Mangrovesari ini, mengisahkan tentang sejarah dan budaya pariwisata hutan bakau satu-satunya yang ada di Brebes, dengan harapan dapat menjadi icon wisata serta dapat booming sebagai karya seni asli dari putra daerah,” ungkap Giman, yang aktif sebagai seniman lokal dan telah menyanyikan beberapa lagu dangdut ala Cirebonan serta telah mencetak beberapa video clip. Selasa (30/4/2019). [Bedjo-Aan Pendim Brebes]