NUSANTARAEXPRESS, LABUUANBATU - Tokoh agama dan tokoh masyarakat dari Kabupaten Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu Selatan, Asahan, dan Padang Lawas menyatakan komitmen dan kesiapan untuk menjadi ujung tombak membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan ibu dan anak (KIA) untuk mengurangi tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir di daerah masing-masing.
Kebulatan tekad itu dituangkan dalam sebuah pernyataan bersama usai lokakarya (workshop) yang difasilitasi USAID-Jalin di Hotel Platinum, Rantauprapat, Selasa (30/4/2019).
Workshop tersebut dihadiri oleh pejabat Dinas Kesehatan, Dinas Komunikasi dan Informatika, Tim Penggerak PKK, PWI, MUI, NU, Muhammadiyah, Al-Washliyah, tokoh gereja, dan KNPI dari kelima kabupaten di atas.
Pada bagian awal, Nasril Lubis dan Toga Nainggolan dari tim USAID-Jalin Regional Sumut memaparkan bahwa tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia, dan Sumut secara khusus, masih relatif tinggi. Di Sumut setiap minggunya ada lima ibu dan 18 bayi baru lahir yang meninggal dunia.
“Persoalan ini hanya bisa diatasi dengan keterlibatan dan kesungguhan semua sektor, tidak terbatas pada sektor kesehatan. Salah satu faktor yang sangat penting adalah membangun kesadaran di kalangan ibu untuk mengetahui hak-haknya, dan seiring dengan itu, mendorong tumbuhnya kepedulian masyarakat untuk ikut memainkan peran,” kata Nasril.
Antusiasme para peserta dalam diskusi juga telah melahirkan berbagai pemikiran dan gagasan, di antaranya perlunya keterlibatan tokoh agama dan masyarakat karena masyarakat Indonesia masih sangat mendengar seruan pemuka agama, serta menjadikannya acuan dan pedoman saat mengambil keputusan.
“Selain itu, tokoh agama dan tokoh masyarakat termasuk tokoh pemuda, memiliki pemahaman yang sangat baik terkait karakter masyarakat di sekitarnya, dan paham benar bagaimana mengemas dan menyampaikan pesan-pesan tentang KIA secara efektif kepada masyarakat,” ujar Nasril kepada para wartawan usai acara tersebut.
Dia juga menegaskan bahwa USAID-Jalin hanya bersifat memfasilitasi, mengajak semua pemangku kepentingan untuk duduk bersama. “Kita berharap, dengan itu terjalin sinergi yang berkelanjutan antara pemerintah, sektor swasta, media, tokoh masyarakat, dan semua pihak yang memiliki kepedulian tentang persoalan ini, sehingga upaya menekan AKI dan AKB bisa berkelanjutan untuk masa-masa mendatang,” katanya.
Workshop itu sendiri merupakan bagian dari safari (roadshow) kampanye di lima zona Sumut. Selain untuk mendapatkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan di daerah, hal tersebut juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan penilaian tentang karakteristik persoalan di tiap daerah terkait tingginya tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir. [Rahmad]
Kebulatan tekad itu dituangkan dalam sebuah pernyataan bersama usai lokakarya (workshop) yang difasilitasi USAID-Jalin di Hotel Platinum, Rantauprapat, Selasa (30/4/2019).
Workshop tersebut dihadiri oleh pejabat Dinas Kesehatan, Dinas Komunikasi dan Informatika, Tim Penggerak PKK, PWI, MUI, NU, Muhammadiyah, Al-Washliyah, tokoh gereja, dan KNPI dari kelima kabupaten di atas.
Pada bagian awal, Nasril Lubis dan Toga Nainggolan dari tim USAID-Jalin Regional Sumut memaparkan bahwa tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia, dan Sumut secara khusus, masih relatif tinggi. Di Sumut setiap minggunya ada lima ibu dan 18 bayi baru lahir yang meninggal dunia.
“Persoalan ini hanya bisa diatasi dengan keterlibatan dan kesungguhan semua sektor, tidak terbatas pada sektor kesehatan. Salah satu faktor yang sangat penting adalah membangun kesadaran di kalangan ibu untuk mengetahui hak-haknya, dan seiring dengan itu, mendorong tumbuhnya kepedulian masyarakat untuk ikut memainkan peran,” kata Nasril.
Antusiasme para peserta dalam diskusi juga telah melahirkan berbagai pemikiran dan gagasan, di antaranya perlunya keterlibatan tokoh agama dan masyarakat karena masyarakat Indonesia masih sangat mendengar seruan pemuka agama, serta menjadikannya acuan dan pedoman saat mengambil keputusan.
“Selain itu, tokoh agama dan tokoh masyarakat termasuk tokoh pemuda, memiliki pemahaman yang sangat baik terkait karakter masyarakat di sekitarnya, dan paham benar bagaimana mengemas dan menyampaikan pesan-pesan tentang KIA secara efektif kepada masyarakat,” ujar Nasril kepada para wartawan usai acara tersebut.
Dia juga menegaskan bahwa USAID-Jalin hanya bersifat memfasilitasi, mengajak semua pemangku kepentingan untuk duduk bersama. “Kita berharap, dengan itu terjalin sinergi yang berkelanjutan antara pemerintah, sektor swasta, media, tokoh masyarakat, dan semua pihak yang memiliki kepedulian tentang persoalan ini, sehingga upaya menekan AKI dan AKB bisa berkelanjutan untuk masa-masa mendatang,” katanya.
Workshop itu sendiri merupakan bagian dari safari (roadshow) kampanye di lima zona Sumut. Selain untuk mendapatkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan di daerah, hal tersebut juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan penilaian tentang karakteristik persoalan di tiap daerah terkait tingginya tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir. [Rahmad]