[caption id="attachment_333" align="aligncenter" width="560"] Foto: Wisma Putra[/caption]
NUSANTARAEXPRESS, BANDUNG - Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bandung Nina Setiana mengaku belum mendapat laporan adanya warga Desa Mekar Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung yang tinggal di rumah yang terbakar enam taun lalu dan tak kunjung diperbaiki.
Ia mengimbau masyarakat menemukan kasus seperti itu bisa melaporkannya melalui Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) yang ada di bawah naungan Dinsos.
"Kami tidak punya program rutilahu (rumah tidak layak huni), tapi kami ada SLRT yang membantu untuk mengidentifikasi rakyat miskin," katanya saat dihubungi detikom, Kamis (16/3/2017).
SLRT bisa menjadi solusi terpadu untuk berbagai permasalahan yang ada di masyarakat. Menurutnya, saat ini penanganan masalah yang disebabkan kemiskinan masih ditangani oleh masing-masing sektor.
Melalui SLRT dia ingin penanganan masyarakat miskin bisa terintegrasi, komprehensif, lebih efektif, tepat sasaran dan lebih maksimal terhadap masyarakat. "Selain rutilahu, bantuan kesehatan atau bantuan pendidikan pun dapat menggunakan program SLRT. Biasanya masyarakat yang menerima bantuan rata akan mendapatkan uang senilai Rp2 juta," tambah Nina.
Lebih lanjut Nina mengatakan, jika laporan sudah masuk, fasilitator SLRT akan mencek kebutuhan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kebutuhan pendidikan akan dihubungkan ke disdik, kesehatan akan dihubungkan ke dinkes dan lainnya.
"SLRT juga membantu mengindentifikasi keluhan masyarakat miskin untuk memastikan bahwa keluhan keluhan tersebut ditangani dengan baik," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Nana sekeluarga harus tinggal di rumahnya yang bekas terbakar enam tahun lalu. Dinding rumah bilik yang berlubang karena terbakar tak kunjung diperbaiki. (ern/ern)[detik.com][MEG]
NUSANTARAEXPRESS, BANDUNG - Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bandung Nina Setiana mengaku belum mendapat laporan adanya warga Desa Mekar Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung yang tinggal di rumah yang terbakar enam taun lalu dan tak kunjung diperbaiki.
Ia mengimbau masyarakat menemukan kasus seperti itu bisa melaporkannya melalui Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) yang ada di bawah naungan Dinsos.
"Kami tidak punya program rutilahu (rumah tidak layak huni), tapi kami ada SLRT yang membantu untuk mengidentifikasi rakyat miskin," katanya saat dihubungi detikom, Kamis (16/3/2017).
SLRT bisa menjadi solusi terpadu untuk berbagai permasalahan yang ada di masyarakat. Menurutnya, saat ini penanganan masalah yang disebabkan kemiskinan masih ditangani oleh masing-masing sektor.
Melalui SLRT dia ingin penanganan masyarakat miskin bisa terintegrasi, komprehensif, lebih efektif, tepat sasaran dan lebih maksimal terhadap masyarakat. "Selain rutilahu, bantuan kesehatan atau bantuan pendidikan pun dapat menggunakan program SLRT. Biasanya masyarakat yang menerima bantuan rata akan mendapatkan uang senilai Rp2 juta," tambah Nina.
Lebih lanjut Nina mengatakan, jika laporan sudah masuk, fasilitator SLRT akan mencek kebutuhan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kebutuhan pendidikan akan dihubungkan ke disdik, kesehatan akan dihubungkan ke dinkes dan lainnya.
"SLRT juga membantu mengindentifikasi keluhan masyarakat miskin untuk memastikan bahwa keluhan keluhan tersebut ditangani dengan baik," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Nana sekeluarga harus tinggal di rumahnya yang bekas terbakar enam tahun lalu. Dinding rumah bilik yang berlubang karena terbakar tak kunjung diperbaiki. (ern/ern)[detik.com][MEG]