PILKADA MUFAKAT KERA
Print Friendly and PDF
-->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

PILKADA MUFAKAT KERA

Sabtu, 23 November 2024,


 

Oleh Agung Marsudi

Karena uang, rakyat selalu "Takicuah di Nan Tarang"

HARI INI setelah saya menulis catatan politik berjudul, "Rakyat Tidak Bodoh" banyak sahabat yang mengirim komentar, dari yang nada tinggi, suka, gembira, memuji, mendukung hingga yang gaya "miring".

Itulah esensi demokrasi, berbeda itu biasa.

Motif orang untuk memilih, lalu mau datang ke TPS dengan segepok harapan; dijanjiin uang, takut anaknya yang PNS dipindahkan, takut tidak dapat jatah beras lagi, takut jabatannya sebagai RT dicopot, itu juga biasa.

Tapi realitas yang menunjukkan bahwa masih banyak orang yang mau memilih benar-benar dengan hati, tulus, tak bisa dinafikan. Uang hanya nilai tukar. Menukar pilihan dengan uang itu soal lain lagi.

Politik bisa berwarna, jika dilihat dari sudut pandang berbeda. Politik juga bisa menjadi tidak bermakna, tidak bermuatan apa-apa, meski dilihat dari sudut pandang yang sama.

Ini salah satu kutipan komentar sahabat saya, yang pintar, jebolan perusahaan migas Amerika: "Terima atau tidak, penentu dari kemenangan pilkada adalah uang. Dengan uang, saksi bisa berbalik arah, pilihan bisa berubah".

Untuk komentar sahabat-sahabat yang hebat, saya mengirim jempol, tanda hormat. Untuk komentar yang kritis, "beda pendapat, beda pendapatan" saya ucapkan terima kasih.

Begitu kayanya kita jika setiap pendapat, bernilai pendapatan. Sebab untuk apa berdebat, kalau sudah sependapat. Untuk apa memilih, jika akhirnya berselisih.

Tidak akan punya nilai pesta pilkada, jika awalnya sudah dimulai dengan "rapek mancik", hasilnya "mupakaik karo". Karena uang, hilang "raso pareso".

Karena uang, rakyat selalu "takicuah di nan tarang"

Kebenaran yang tidak diperjuangkan, tidak akan pernah dimenangkan.


22 November 2024

TerPopuler