PILKADA DI ERA POST TRUTH
Print Friendly and PDF
-->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

PILKADA DI ERA POST TRUTH

Sabtu, 23 November 2024,


 

Oleh Agung Marsudi

"Ganti Bupati!" atau "Sekali Lagi!" ada di genggaman 463.333 jiwa pemilik suara.

SAMBIL duduk di Bachies Resto, Duri, usai Jumat (22/11), saya sedang merampungkan paper tentang Geopolitik USA terhadap Sumber Daya Alam Asia Perspektif Indonesia (97 Tahun Chevron di Blok Rokan).

Belum sepuluh menit, ada telpon masuk dari Jakarta, menanyakan dinamika politik terakhir terkait Pilkada Bengkalis.

Saya hanya bisa menyampaikan kabar umum, sebab hingga H-5 belum ada "angka-angka" elektoral yang bisa disajikan, apalagi dari sumber utama kedua pasangan calon. Kalau toh ada, angka-angka itu derajatnya tentu "sangat rahasia".

Setelah itu, hampir satu jam, saya ngobrol tentang eskalasi penggunaan media sosial di dunia politik, khususnya Pilkada Bengkalis 2024. Sebab media sosial telah menjadi sarana baru untuk menyampaikan "konten politik" seru.

Berkembangnya teknologi internet super cepat, kreativitas konten, diversifikasi platform, dan interaksi pengguna di era demokrasi, telah mengubah lanskap partisipasi politik warga, termasuk warga kabupaten Bengkalis.

Berbagai platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube telah menjadi alat yang efektif bagi para pengguna (baca: terutama pendukung masing-masing Paslon) untuk berkomunikasi dengan publik di dunia maya.

Teknologi informasi telah membuka jalan menuju demokrasi langsung dan menghilangkan hambatan komunikasi dalam proses demokratisasi. Menciptakan ruang baru untuk keterlibatan politik dan interaksi sosial.

Para calon bupati, tak malu-malu hadir di "ruang baru itu" yang semua serba digital. Sebab karakter teknologi internet pada dasarnya demokratis. Namun relasi teknologi dengan demokrasi cenderung dibingkai dalam polarisasi perspektif, antara kutub suka dan tidak suka.

Tak dipungkiri, KBS versus SANDI, hadir di tengah Pilkada era "post-truth", era yang membebaskan, sekaligus menegangkan. Dalam konteks "post truth", legitimasi atas sebuah kebenaran tidak berdasarkan pada fakta yang dapat diverifikasi, tetapi pada keyakinan personal, sesuatu yang menyentuh emosi dan rasa, "suka-suka".

Pilkada di era "post-truth" memang membuat kita tak kuasa melawan, hegemoni medsos, "mana suka siaran niaga".

"Ganti Bupati!" atau "Sekali Lagi!" ada di genggaman 463.333 jiwa pemilik suara.


22 November 2024

TerPopuler