Agung Marsudi
DURI INSTITUTE
DI SEBUAH portal online, sosok yang diproklamirkan oleh Ketua DPRD Bengkalis terpilih, sebagai mentor politik dan "The King Maker of Riau" mengatakan di orasi kampanye terakhir, “Malaikat selalu benar, setan tak pernah benar. Jangan mudah percaya dengan berita yang beredar di luaran sana. Banyak berita hoaks saat ini".
Ada pertentangan karakter antara malaikat dan setan, dibawa-bawa ke ranah berita hoaks. Padahal seperti kata Rocky Gerung, "Pembuat hoaks terbaik adalah penguasa".
"Siapa sih, penguasa negeri junjungan sekarang?"
Tidak bisa dipungkiri, kini ada polusi jenis baru di dunia media sosial dari bahan bakar yang dikenal dengan nama hoaks. Sehingga hoaks dianggap mengganggu moralitas ruang publik bukan hanya di dunia maya tetapi di dunia nyata.
Persoalannya adalah adanya kanal informasi yang searah, antara produsen informasi, dalam hal ini pemerintah daerah, ketika menyampaikan capaian-capaian pembangunan ke publik (hanya dari kelompok media tertentu), sehingga memperlebar jarak antara data dan fakta, antara realitas dan retorika.
"Seperti sudah dikendalikan, dikondisikan".
Tak ada ruang publik yang bebas untuk berdialektika, berdialog, sehingga tidak melahirkan dinamika yang kohesif antar warga, antar wilayah.
Kesimpulannya, siapa yang di luar sana, yang memproduksi hoaks? Sebab yang "di luar sana" tak memiliki relasi kuasa. Lalu siapa sesungguhnya yang memonopoli informasi?
Bisa disebutkan, media yang tersisa di kabupaten Bengkalis, yang berani melawan hegemoni politik dinasti? Lalu punya nyali memasang iklan, "GANTI BUPATI".
26 November 2024