HUJAN, HURU-HARA JANUARI
Agung Marsudi
Duri Institute
HUJAN deras mengalahkan pertandingan keangkuhan hari ini. Tak ada yang berbunyi. Sabda air, mendadak menjadi bahasa banjir. Hujan petir, membuat orang-orang seperti tersihir, ketakutan yang disembunyikan di setiap kilatan.
Hujan lebat, memaksa orang-orang berhenti berdebat. Masih ada sisa tetes romantis di hujan gerimis. Hujan rintik, membius kegelisahan ritmik
Hujan angin, menerbangkan baliho-baliho menumbangkan harapan-harapan, pencitraan yang robek, dan di neraca partai politik tak ada laporan kerugian.
Hujan di bulan Januari, hujan mimpi para petani, hujan ambisi para politisi, hujan pujian di negeri orang, hujan cacian di negeri sendiri. Hujan-hujanan citra dan janji. Hujan es, mendinginkan suhu politik di ruang-ruang publik, tanpa kritik.
Hujan batu di negeri sendiri, lebih baik daripada hujan emas di negeri orang.
Hujan airmata, saat melepas Rizal Ramli pergi. Di pemakaman, Hariman menyampaikan wasiatnya untuk segera menurunkan Jokowi.
Sebentar lagi 10 Januari, hari ultah sebuah partai besar, yang bakal ditinggal pergi ke luar negeri oleh petinggi negeri ini. Sebentar lagi peringatan malapetaka 15 Januari (Malari). Malaria bangsa yang belum ada obatnya.
Hujan, huru-hara Januari. Siapa memulai. Siapa mengakhiri. Siapa menabur angin, menuai badai.
Solo, 6 Januari 2024