Berpolitik
dengan Cinta
Oleh Mislam Samasi,
Ketua Lembaga Missi Reclasseering Republik Indonesia Badan
Peserta Hukum Untuk Negara dan Masyarakat (LMR-RI.BPH.NMS) Prov. Riau
Pada dasarnya, politik sering kali dianggap sebagai dunia
yang keras, penuh dengan perdebatan sengit, dan terkadang diwarnai oleh
ketidaksepahaman. Namun, apakah mungkin berpolitik dengan cinta? Bisa jadi,
pendekatan ini adalah kunci untuk membawa perubahan positif yang sejati dalam
masyarakat.
Pentingnya memasukkan elemen cinta dalam arena politik
adalah untuk menciptakan pemahaman, saling menghormati, dan bekerja sama untuk
kebaikan bersama. Cinta, dalam konteks ini, bukanlah sekadar perasaan romantis,
melainkan sikap hormat, empati, dan keinginan untuk melayani masyarakat.
Berpolitik dengan cinta memerlukan tingkat empati yang
tinggi. Seorang pemimpin yang mampu memahami dan merasakan kebutuhan rakyatnya
akan mampu membuat keputusan yang lebih baik. Dengan memasukkan empati sebagai
dasar, pemimpin dapat melibatkan diri dengan lebih efektif dalam menanggapi
masalah dan kebutuhan masyarakat.
Politik dengan cinta mempromosikan dialog terbuka dan
komunikasi yang membangun. Menggali solusi melalui diskusi yang positif dan
konstruktif akan memperkuat fondasi demokrasi. Dengan mendengarkan dengan penuh
perhatian dan merespons dengan empati, pemimpin dapat menciptakan iklim yang mendukung
keharmonisan dan persatuan.
Seorang pemimpin yang berpolitik dengan cinta melihat
posisinya sebagai panggilan untuk melayani, bukan untuk mendominasi. Pelayanan
kepada masyarakat menjadi tindakan nyata yang menggambarkan cinta kepada
sesama. Ini mencakup kebijakan yang mendukung kesejahteraan masyarakat,
pendidikan yang berkualitas, dan pemberdayaan ekonomi.
Berpolitik dengan cinta juga berarti memegang teguh prinsip
kesetaraan dan keadilan. Setiap tindakan dan kebijakan harus didasarkan pada
prinsip-prinsip ini untuk memastikan bahwa semua warga dapat merasakan dampak
positif dari pemerintahan.
Politik dengan cinta menekankan pentingnya menghargai
keberagaman dalam masyarakat. Dengan menciptakan ruang untuk kebhinekaan,
pemimpin politik dapat membangun masyarakat yang inklusif dan menerima
perbedaan sebagai kekayaan.
Berpolitik dengan cinta adalah tantangan, namun dapat
menjadi fondasi yang kuat untuk mewujudkan perubahan positif. Dengan memasukkan
nilai-nilai cinta seperti empati, layanan, kesetaraan, dan kebhinekaan, kita
dapat membentuk politik yang lebih manusiawi, adil, dan berkelanjutan.
Riau, 14 Januari 2024