Cina dan Amerika ciluba main mata
Agung Marsudi
Duri Institute
HITUNG mundur, 30 hari lagi rakyat Indonesia bakal mengikuti pesta demokrasi terbesar dalam sejarah Republik Indonesia berdiri. Namanya Pemilu Serentak 2024. Rakyat disuruh memilih calon presiden dan wakil presiden usulan partai atau gabungan partai politik.
14 Februari 2024 adalah hari pencoblosan. Pileg dan Pilpres di hari yang sama. Ketegangan ganda seantero Indonesia.
Meski sejatinya rakyat, pada posisi pemilih kedua. Sebab pemilih pertama adalah partai atau gabungan partai. Artinya, rakyat tidak punya pilihan alternatif. Sebab menu sudah disiapkan. Rakyat tinggal menikmati. Suka atau tidak suka dengan calonnya.
Itulah uniknya demokrasi ala Indonesia, demokrasi zombi produk reformasi. Untuk sebuah pesta dibentuk E.O. bernama KPU, lengkap dengan instrumen penyelenggaraan pemilihan lainnya. Sebagai panitia mereka punya hak untuk mengatur segalanya. Segalanya 'mereka'.
'Kita', tak berdaya. 'Kami', lupakan mimpi. 'Mereka', yang berkuasa. Siapa calon pemimpin Indonesia. Anies, Prabowo, Ganjar. Konon, masing-masing sudah punya loyalis, pasukan menang(kis).
"Curang, Perang!"
30 hari lagi, Cina dan Amerika cuma ciluba main mata. Lagi-lagi, politik adu domba warisan Belanda. Devide et Impera!
Padahal di TK Permata Bunda setiap pagi selalu dinyanyikan, "satu, dua, tiga, sayang semuanya!"
Jakarta, 14 Januari 2024