Gendang gendut tali kecapi, pokoke debat yang penting hepi
Agung Marsudi
Duri Institute
DEBAT capres edisi perdana telah selesai, Selasa (12/12). Yang menegangkan telah berlalu. Ekspektasi tentang debat sebagai instrumen penting demokrasi telah terlewati.
Tersisa tanya jawab (terasa hanya basa-basi) yang ditonton jutaan orang di televisi, lalu diedit, disebarkan, dan diulang-ulang sesuai pesanan dan kepentingan.
Dan para pendengung bingung, kontranarasi basi digoreng-goreng, dijual lagi.
Kelihaian visual, untuk mendongkrak kepentingan elektoral. Kalkulasi debat yang bersumbu pada politik gagasan, boleh jadi bergeser, atau mendadak digeser oleh kenyataan. Ketemu langsung rakyat, lebih penting dari tepuk tangan tim hore di ruang perdebatan.
Kabar dari laut kidul, Pilpres 2024 akan menjadi batu nisan orde reformasi, diganti dengan 'orde emas' Indonesia.
Hamparan padi yang mulai menguning, di bawah langit yang biru. Burung Garuda gagah perkasa melayang-layang di udara, mengabarkan panen raya yang sebentar lagi tiba.
Jika Anies jagung, Prabowo padi, Ganjar ubi, maka memilihnya sama-sama bisa bikin perut rakyat kenyang. Ketiganya hasil bumi pertiwi. Petani, dan buruh tak lagi mengeluh. Nelayan-nelayan gagah melawan gelombang. Melaut, menerjang ombak tiada takut. Pedagang gembira menghitung laba.
Arogansi reformasi harus diakhiri. Nostalgia api, di balik layar 'bakar-bakar' menghidupkan kembali fantasi. Indonesia yang demokratis, tapi makin krisis. Kerakusan politik yang harus dibayar mahal, atas nama ledakan elektoral.
Hasil debat capres malam ini, 'Gendang gendut tali kecapi, pokoke debat yang penting hepi'.
Musyawarah untuk mufakat terlalu lama dikhianati.
Solo, 13 Desember 2023