POLITIK "DOGGY STYLE"
Print Friendly and PDF
-->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

POLITIK "DOGGY STYLE"

Kamis, 16 Maret 2023,

 

POLITIK "DOGGY STYLE"


Oleh Agung Marsudi


Di Wedangan VIP, Grompol, Sragen sambil menikmati sepincuk pecel Nganjuk, dan segelas wedang uwuh, sesekali saya update kabar politik di medsos. Tiba-tiba mata tertuju pada reels gelorasemut, dengan pernyataan Fahri yang berani di sebuah acara diskusi.


"Saya buat partai politik dengan kesadaran. Bahwa saya tidak suka permainan belakang di dalam politik. Politik Indonesia itu 85 persen diatur dari belakang," ujarnya.


"Saya mau kultur egaliter ada dalam partai politik," begitu keinginan Fahri Hamzah berapi-api. Ia seperti sosok pria sejati, tidak suka permainan belakang.


Sambil nyruput wedang uwuh yang anget seger, otak kanan saya berputar. Membayangkan dan membandingkan pernyataan Fahri dengan kalimat, "permainan belakang". Salah satu gaya yang disukai banyak pria dewasa. O, politik "doggy style". Rupanya gaya itu ada dalam permainan dan praktik politik negeri ini, versi Fahri.


Tak pelak, reels gelorasemut (Semarang Utara) itu saya putar berkali-kali. Benarkah ada "permainan belakang" di politik Indonesia. Apalagi bila dikaitkan dengan putusan "tunda pemilu" PN Jakarta Pusat. Realitas politik hukum kita, yang tidak sedang baik-baik saja.


Lima belas menit tak terasa, menghabiskan sruputan wedang uwuh. Lalu saya membayangkan, "permainan belakang" politik kita itu "enaknya" untuk siapa? Yang belakang siapa, yang di depan siapa?


"Bermain dari belakang", selama 5 tahun pertama, lalu ditambah lima tahun berikutnya. Masih kurang puas apa? Kenikmatan politik mana lagi yang didustakan?



Solo, 15 Maret 2023

TerPopuler