NUSANTARAEXPRESS, LABUHANBATU - Menindaklanjuti program Merdeka Belajar ke-17 tentang Revitalisasi Bahasa Daerah yang telah diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada 22 Februari 2022 lalu, Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara menggelar kegiatan Pelatihan Guru Utama (Master) Revitalisasi Bahasa Daerah di Kabupaten Labuhanbatu.
Program Revitalisasi Bahasa Daerah ini sebagai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan dan penguatan pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 8 Tahun 2017 tentang Pengutamaan Bahasa Indonesia dan Pelindungan Bahasa Daerah dan Sastra Daerah.
Rabu, 10 Agustus 2022, didampingi Kepala BBPSU, Hidayat Widiyanto, M.Pd. dan Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu, Sity Rahma Harahap, S.E., kegiatan resmi dibuka oleh Plt. Kepala Dinas Pendidikan Labuhanbatu, Asrol Aziz Lubis, S.E., M.A.P. di Rantauparapat, Labuhanbatu. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan penguatan materi revitalisasi bahasa daerah Melayu dialek Panai. Perlu diketahui, bahwa Bahasa Melayu dialek Panai menjadi salah satu objek revitalisasi bahasa daerah di Sumatera Utara bersamaan dengan dua bahasa daerah lainnya, yaitu bahasa Batak dialek Angkola dan bahasa Melayu dialek Sorkam.
Adapun tahapan Revitalisasi Bahasa Daerah, yaitu (1) Tahap-1: rapat koordinasi antarinstansi, (2): Tahap-2: rapat koordinasi dengan maestro/calon pengajar, (3) Tahap-3: pelatihan guru utama (master), (4) Tahap-4: diseminasi model/pewarisan bahasa daerah kepada Tunas Bahasa Ibu, (5) perlombaan tingkat kabupaten/kota, dan (6) festival tunas bahasa ibu (FTBI) tingkat provinsi.
Ketua panitia, Syaifuddin Zuhri Harahap, M.Si. dalam laporannya menyampaikan, bahwa revitalisasi bahasa daerah penting untuk dilakukan agar bahasa daerah tetap terjaga, khususnya bahasa Melayu dialek Panai di Kabupaten Labuhanbatu. “ Kegiatan ini merupakan tahap ketiga setelah rapat koordinasi antarinstansi dan rapat koordinasi dengan maestro yang telah dilakukan sebelumnya” tambahnya.
Dalam sambutannya, Kepala BBPSU menyampaikan bahwa ada tujuh materi yang akan diajarkan dalam revitalisasi bahasa daerah Melayu dialek Panai, yaitu menulis dan membaca aksara Arab Melayu, menulis dan membaca puisi, menulis cerpen, mendongeng, berpidato, tembang tradisi, dan berkomedi tunggal dalam bahasa Melayu dialek Panai. Menambahkan sambutannya, Hidayat Widiyanto berharap nilai-nilai yang akan diajarkan nantinya dapat tersampaikan kepada putra-putri daerah.
Pada kesempatan yang sama, Asrol Aziz Lubis menyampaikan harapan dan optimismenya bahwa bahasa Melayu dialek Panai di Kabupaten Labuhanbatu dapat lestari kembali dengan usaha bersama. “ Kita harus yakin bahwa bahasa Melayu Panai di Kabupaten Labuhanbatu dapat kita hidupkan kembali,” ujarnya. Menambahkan penjelasannya, Asrol Aziz Lubis mengatakan bahwa salah satu strategi yang akan dilakukan adalah menjadikan bahasa Melayu dialek Panai sebagai muatan lokal pembelajaran. Melalui kegiatan ini, beliau berharap guru-guru yang dilatih dapat mengimplementasikannya di sekolah masing-masing.
Kegiatan ini diikuti oleh enam puluh guru utama di lingkungan pendidikan Kabupaten Labuhanbatu dan berlangsung selama lima hari, Rabu s.d. Minggu, 10—14 Agustus 2022. Selain dilatih oleh tujuh narasumber beserta pendamping yang ahli pada bidangnya, peserta juga dibimbing merancang materi pembelajaran yang seru dan menarik untuk diterapkan di sekolah masing-masing.
Mewakili Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara sekaligus panitia pelaksana, dalam penutupan kegiatan, Syaifuddin Zuhri Harahap, M.Si. menyampaikan bahwa, enam puluh tenaga pendidik yang dilatih telah berhasil merancang modul pembelajaran muatan lokal sesuai tujuan kegiatan ini. Syaifuddin Zuhri Harahap berkeyakinan bahwa para guru adalah pioner BBPSU di lapangan untuk regenerasi bahasa daerah kepada siswa-siswi di Kabupaten Labuhanbatu.
“Peserta dari 60 orang tenaga pendidik yang sudah kita latih beberapa hari ini alhamdulillah berhasil. Tentang muatan lokal dari 7 program yang kita canangkan, sudah diuji coba tadi pagi. Alhamdulillah sangat memuaskan dan berhasil. Konsep revitalisasi bahasa daerah ini masih panjang perjalanannya. Saya berharap sesuai dengan komitmen kita, dari 60 orang guru yang dilatih akan menghasilkan 385 orang guru dan 8.018 orang siswa sebagai sasaran di Kabupaten Labuhanbatu. Saya yakin kalau tidak ada bapak dan ibu, revitalisasi ini tidak akan berjalan. Saya yakin bapak dan ibu adalah pionir-pionir kami di depan dan di lapangan untuk regenerasi ataupun pewarisan bahasa daerah kepada anak-anak kita,” lengkapnya.
Ditutup secara resmi oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu di Hotel Platinum, Rantauparapat, kegiatan ini berjalan dengan lancar. Asrol Aziz Lubis mengatakan para guru terlihat ceria dan bahagia dalam mengikuti kegiatan ini. Artinya tujuan dan hasil kegiatan ini mampu dipahami oleh para guru. “ Bapak ibu ceria dan bahagia. Artinya mungkin output dari kegiatan ini tersampaikan dan cukup berhasil. Keberhasilan ini juga tidak cukup sampai di sini. Para guru coba disampaikan kepada kepala sekolah, guru-guru, dan siswa-siswa di sekolah masing-masing. Harapan saya ini bisa berimbas,” tambahnya. Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu juga mengharapkan bimbingan dari Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara untuk penerbitan perda tentang bahasa daerah di Kabupaten Labuhanbatu. “ Untuk penerbitan Perda di Labuhanbatu, kami mohon dibimbing,” tandasnya.
Mulai hari pertama hingga hari terakhir pelatihan, telah dihasilkan tujuh modul pembelajaran muatan lokal sesuai tujuh materi pada kegiatan ini. Ketujuh modul tersebut terdiri dari dua kategori sekolah, yaitu SD (kelas 4,5, dan 6) dan SMP (kelas 7, 8, dan 9). Selanjutnya, para guru akan menyampaikan hasil pelatihan ini kepada guru lainnya disekolah masing-masing dan diimplementasikan kepada siswa-siswi di sekolah. (Rahmad)