NUSANTARAEXPRESS, JAKARTA - Ulasan singkat ini diinspirasi oleh “curhat” seorang sahabat yang kuliah S-2 di Amerika. Katanya, sebagai pemula ia ingin sekali menuliskan apa yang ada di dalam pikirannya. Tetapi berkali-kali mencoba menuangkannya di kertas atau di komputer, berkali-kali juga ia “merasa” gagal. Ini hal yang lumrah dan sangat manusiawi. Hampir semua orang mengalami situasi seperti itu. Bahkan, belum pernah terjadi dalam sejarah seorang penulis berbakat langsung berhasil tenar dengan hasil karya yang bagus. Pasti melalui hambatan dan kegagalan. Mereka kemudian belajar dari pengalaman pahitnya itu, untuk selanjutnya keluar sebagai penulis bernilai emas.
Jadi, bila Anda mengalami hal yang sama, jangan sedih. Anda tidak sendirian. Tulisan ini ditujukan bagi Anda, penulis pemula atau penulis orang biasa. Memang ia tidak dimaksudkan untuk mengajari Anda hingga tuntas dan menjadi penulis yang diidolakan di mana-mana. Ini sekedar menjadi panduan awal untuk “memecah” kebuntuan saat Anda para pemula mulai duduk dan menuliskan sesuatu. Yang pasti, kemauan membara di dalam dada untuk menuangkan ide di pikiran Anda ke dalam bentuk tulisan, sesederhana apapun ide itu, sudah menjadi modal awal yang paling ampuh dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, saat ada kemauan menulis muncul di hati, silahkan ambil kertas dan pinsil atau pena, atau bagi yang punya komputer silahkan dengan komputer, dan mulailah menulis.
Ketika Anda siap untuk menuangkan tulisan, ingat-ingatlah satu hal: tulisan tidak perlu panjang-panjang belasan paragraf. Dua atau tiga alinea sudah cukup. Pembaca justru lebih senang membaca berita yang singkat-singkat. Yang paling penting adalah mereka mendapat informasi dari bacaannya. Untuk itu, berilah pembaca informasi tentang apa yang ada di pikiran Anda. Umumnya, informasi yang diinginkan seseorang terdiri dari enam unsur, yang disingkat dengan formula 5W+1H. Bila Anda sudah bisa menjawab pertanyaan seputar 5W+1H, maka sukseslah Anda sebagai penulis, setidaknya penulis berita (hard-news)
Pertama, pertanyaan WHAT atau tentang apa? Peristiwa atau masalah apa yang akan Anda sampaikan ke Pembaca. Sampaikan saja seperti seorang menceritakan kejadian yang dilihatnya. Tuliskan masalah atau pokok persoalan apa yang ingin disampaikan kepada pembaca. Mungkin dalam 2 atau 3 kalimat sudah cukup.
Kedua, pertanyaan WHERE atau dimana? Dimana peristiwa itu terjadi atau di lingkungan mana persoalan pokok yang sedang Anda bahas terjadi. Dalam menceritakan tempat kejadian, pasti akan panjang apabila Anda secara detil menunjukkan tempatnya. Semisal di jalan apa, nomor berapa, keadaan tempat itu sepi atau ramai, apa objek yang bisa dijadikan penanda tentang tempat itu, misalnya dekat kantor polisi, gedung tua, perkebunan teh, kaki gunung atau apa saja yang masyarakat banyak tahu.
[nextpage title="Next"]
Ketiga, pertanyaan WHY atau mengapa? Informasi tentang alasan atau penyebab sesuatu kejadian harus terjadi adalah penting dikemukakan dalam tulisan Anda. Demikian juga saat menulis artikel tentang suatu masalah. Latar belakang masalah menjadi salah satu kunci penting yang perlu diungkap dan dituliskan. Dalam banyak artikel, unsur WHY juga mencakup tujuan sebuah peristiwa harus terjadi (dilakukan).
Keempat, pertanyaan WHO atau siapa? Cerita kita tentu akan bersangkut-paut dengan benda, terutama orang, tapi tidak harus. Binatang yang jadi objek berita Anda juga tergolong dalam kriteria siapa. Demikian juga dengan tanaman, atau mungkin objek benda mati, seperti saat menceritakan istana kerajaan, kebun apel, dan lain-lain. Akan tetapi, walaupun yang menjadi objek itu adalah binatang, tumbuhan, dan benda mati, pada akhirnya kita juga perlu menginformasikan siapa orang-orang yang terkait dengan objek cerita Anda, semisal penjaga kebun, pemimpin Negara, penanggung jawab persoalan, dan seterusnya.
Kelima, pertanyaan WHEN atau kapan? Lebih detil menceritakan waktu kejadian perkara, tentunya akan lebih baik. Dan lagi akan lebih memperpanjang kalimat-kalimat Anda. Jadi, keakuratan pengingatan “jam tayang” kejadian akan amat membantu Anda dalam menuliskan beritanya. Mungkin akan lebih membantu juga, bila waktu kejadian itu dihubungkan dengan waktu kejadian perkara yang lain. Semisal, kejadiannya hari ini Anda hubungkan dengan kejadian serupa di minggu yang lalu, di tahun lalu, dan seterusnya.
Keenam, pertanyaan HOW atau bagaimana? Sebagian orang mengawinkan pertanyaan bagaimana dengan pertanyaan mengapa (WHY). Menjawab tentang bagaimana sebuah proses dari masalah pokok atau sesuatu kejadian yang Anda angkat dalam artikel terjadi. Menceritakan suatu kejadian yang dialami sendiri akan lebih mudah daripada menuliskan kejadian yang dialami oleh orang lain. Untuk itu, biasanya perlu bertanya pada orang yang menjadi objek cerita. Di sinilah peran penulis mewawancara sumber berita dibutuhkan. Jika tidak perlu wawancara, maka uraikan saja proses kejadian itu yang Anda ketahui. Kalau proses peristiwanya berdurasi cukup lama, tentunya tulisan Anda menjelaskan “bagaimana” akan menjadi panjang juga. Semakin lengkap akan semakin bagus.
Berikut contoh sebuah berita untuk sekedar jadi panduan para pendatang baru di dunia jurnalistik. Berita ini diurutkan mulai dari pertanyaan apa hingga unsur bagaimana. Anda bisa membolak-baliknya sesuai kebutuhan atau penekanan yang diinginkan. Namun umumnya pembaca ingin menerima informasi tentang “apa” terlebih dahulu, baru kemudian disusul informasi lanjutannya.
[nextpage title="Next"]
Judul artikel/berita: Perkawinan Massal di Desa Kenangan
Perkawinan adalah sesuatu yang diinginkan oleh hampir semua orang. Banyak orang malah ingin cepat-cepat menikah setelah ketemu pasangan atau jodohnya. Mereka berhasrat untuk berkeluarga dan membangun rumah tangga yang bahagia. Demikianlah juga bagi para warga desa Kenangan yang melangsungkan pernikahannya beberapa waktu lalu. (Unsur pertama: apa? Jawabannya: perkawinan).
Desa Kenangan adalah sebuah desa terpencil. Jauh dari kebisingan perkotaan. Terletak di kaki gunung Kayangan yang jarang sekali dikunjungi masyarakat dari luar. Kota terdekat yang biasanya dikunjungi warga Kenangan untuk belanja keperluan sehari-hari adalah Kota Nirwana. Karena jarang ada kendaraan umum, masyarakat menempuhnya dengan berjalan kaki ke kota yang biasanya membutuhkan waktu lebih dari setengah hari. (Unsur kedua: dimana? Jawabannya: desa Kenangan).
Umumnya pemuda dan pemudi di desa itu tumbuh bersama sejak masa kanak-kanak. Karena akses masyarakat ke desa itu agak sulit, maka muda-mudi di sana selalu berusaha mendapatkan jodoh dari antara sesama teman sepermainannya. Hal yang unik terjadi ketika mereka yang sebaya tersebut selalu bersepakat untuk menikah bersama-sama. Acara menikah massal ini juga dimaksudkan untuk memudahkan para pemuda dan orang tua mereka dalam urusan biaya pernikahan. (Unsur ketiga: mengapa? Karena mereka terdiri dari teman sebaya yang tumbuh bersama, jauh dari akses mencari pasangan dari daerah lain, dan biaya murah.)
Hari itu, Budiman (21) dan beberapa pasang kawannya melangsungkan pernikahan bersama atau massal. Budiman adalah lelaki bujang yang mempersunting Budiwati (20), gadis kembang desa teman sekelasnya di sekolah dasar dulu. (Unsur keempat: siapa? Pemuda-pemudi desa Kenangan. Secara khusus adalah Budiman, Budiwati, dan kawan-kawan.)
Saat itu adalah hari Senin pahing, tanggal 3 Juli 2006, penulis bersama seorang teman berkunjung ke desa ini. Cuaca cerah sepanjang hari. Rupanya di desa itu sedang ada pesta pernikahan bagi pasangan Budiman dan kawan-kawannya. Prosesi perkawinan dimulai dari pagi menjelang siang hari. Malam harinya dilanjutkan dengan acara muda-mudi ala desa Kenangan. (Unsur kelima: kapan? Jawabanya: Senin pahing, tanggal 3 Juli 2006, dari pagi hingga malam hari).
Seperti layaknya pesta di tempat lain, kemeriahan juga mewarnai pesta perkawinan massal di desa terpencil itu. Dari pagi, masyarakat berbondong-bondong ke balai desa untuk persiapan prosesi perkawinan beberapa warga muda-mudi mereka. Masyarakat bekerja bergotong-royong dalam menyemarakkan pesta tersebut. Kelompok musik desa juga berpartisipasi sehingga keramaian makin menggema oleh alunan musik pengiring pasangan-pasangan mempelai yang sedang dinikahkan. Kegiatan ini berlangsung sangat meriah hingga larut malam sambil ditemani penganan, makanan dan minuman ala desa Nusantara. (Unsur keenam: bagaimana? Jawabannya: gotong royong dan meriah).
Dari contoh di atas, kata-kata kunci yang menjadi jawaban untuk kelima unsur 5W+1H dapat diurutkan sebagai berikut:
[nextpage title="Next"]
Ketika Anda sudah bisa menyusun pertanyaan dan jawaban seperti ini, maka akan memudahkan dalam menuangkan beritanya dalam bentuk tulisan. Masing-masing pertanyaan tidak harus untuk satu paragraf. Bisa saja 2 pertanyaan dicakup dalam satu paragraf saja. Atau sebaliknya satu pertanyaan dituangkan dalam 2 atau 3 paragraf.
Untuk dunia pendidikan misalnya, Anda dapat mengulas kegiatan yang berlangsung di sekolah Anda. Contoh pertanyaan dapat seperti ini:
Topik atau judul : Pelatihan Ketrampilan Komputer Bagi Guru
Bagi mereka yang berminat jadi reporter olahraga atau kegiatan sejenis, semisal pementasan kejuaraan seni, lomba nyanyi, dan sebagainya, juga dapat mengikuti formula itu. Sebagai contoh, simak urutan pertanyaan dan jawaban berikut. Perlu diingat bahwa urutan itu boleh bertukar satu sama lain, yang jelas kelima unsurnya termuat dalam tulisan Anda.
Topik atau judul : Lomba Seni Lukis Antar SD di Kota Nirwana
Keraguan lain yang sering muncul adalah bahwa kita sering bertanya apakah ide itu layak untuk ditulis atau tidak. Hakekatnya, semua hal bisa ditulis, bagaimanapun sederhananya ide itu. Bila pernah terdengar kalimat ini “anjing gigit orang, bukan berita; orang gigit anjing, itu baru berita.” Maksud utama ungkapan itu adalah, bahwa kejadian yang terjadi berulang-ulang dan sudah biasa dianggap tidak bernilai berita. Walaupun sesungguhnya tidak selamanya benar. Menceritakan kegiatan rutin belajarmengajar di kelas, tentu tidak menarik. Tetapi jika hari itu kegiatan belajarnya berbeda dari hari-hari lainnya, semisal dilakukan dengan mengunjungi panti jompo, maka ia bernilai berita. Demikianlah juga pada kegiatan bidang lainnya.
Kualitas tulisan akan berangsur meningkat ketika Anda selalu dan selalu tanpa henti menulis ide yang ada di pikiran Anda. Banyak membaca buku dan tulisan orang lain akan sangat membantu meningkatkan daya imajinasi penulisan berikutnya. Perlu juga dilakukan analisa dan kritik sendiri tulisan Anda, benahi disisi-sisi yang terasa masih bisa ditambahkan informasinya. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi kemajuan para Penulis pemula.
Penulis: Wilson Lalengke, Ketua Umum PPWI
Sumber: pewarta-indonesia.com
Jadi, bila Anda mengalami hal yang sama, jangan sedih. Anda tidak sendirian. Tulisan ini ditujukan bagi Anda, penulis pemula atau penulis orang biasa. Memang ia tidak dimaksudkan untuk mengajari Anda hingga tuntas dan menjadi penulis yang diidolakan di mana-mana. Ini sekedar menjadi panduan awal untuk “memecah” kebuntuan saat Anda para pemula mulai duduk dan menuliskan sesuatu. Yang pasti, kemauan membara di dalam dada untuk menuangkan ide di pikiran Anda ke dalam bentuk tulisan, sesederhana apapun ide itu, sudah menjadi modal awal yang paling ampuh dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, saat ada kemauan menulis muncul di hati, silahkan ambil kertas dan pinsil atau pena, atau bagi yang punya komputer silahkan dengan komputer, dan mulailah menulis.
Ketika Anda siap untuk menuangkan tulisan, ingat-ingatlah satu hal: tulisan tidak perlu panjang-panjang belasan paragraf. Dua atau tiga alinea sudah cukup. Pembaca justru lebih senang membaca berita yang singkat-singkat. Yang paling penting adalah mereka mendapat informasi dari bacaannya. Untuk itu, berilah pembaca informasi tentang apa yang ada di pikiran Anda. Umumnya, informasi yang diinginkan seseorang terdiri dari enam unsur, yang disingkat dengan formula 5W+1H. Bila Anda sudah bisa menjawab pertanyaan seputar 5W+1H, maka sukseslah Anda sebagai penulis, setidaknya penulis berita (hard-news)
Pertama, pertanyaan WHAT atau tentang apa? Peristiwa atau masalah apa yang akan Anda sampaikan ke Pembaca. Sampaikan saja seperti seorang menceritakan kejadian yang dilihatnya. Tuliskan masalah atau pokok persoalan apa yang ingin disampaikan kepada pembaca. Mungkin dalam 2 atau 3 kalimat sudah cukup.
Kedua, pertanyaan WHERE atau dimana? Dimana peristiwa itu terjadi atau di lingkungan mana persoalan pokok yang sedang Anda bahas terjadi. Dalam menceritakan tempat kejadian, pasti akan panjang apabila Anda secara detil menunjukkan tempatnya. Semisal di jalan apa, nomor berapa, keadaan tempat itu sepi atau ramai, apa objek yang bisa dijadikan penanda tentang tempat itu, misalnya dekat kantor polisi, gedung tua, perkebunan teh, kaki gunung atau apa saja yang masyarakat banyak tahu.
[nextpage title="Next"]
Ketiga, pertanyaan WHY atau mengapa? Informasi tentang alasan atau penyebab sesuatu kejadian harus terjadi adalah penting dikemukakan dalam tulisan Anda. Demikian juga saat menulis artikel tentang suatu masalah. Latar belakang masalah menjadi salah satu kunci penting yang perlu diungkap dan dituliskan. Dalam banyak artikel, unsur WHY juga mencakup tujuan sebuah peristiwa harus terjadi (dilakukan).
Keempat, pertanyaan WHO atau siapa? Cerita kita tentu akan bersangkut-paut dengan benda, terutama orang, tapi tidak harus. Binatang yang jadi objek berita Anda juga tergolong dalam kriteria siapa. Demikian juga dengan tanaman, atau mungkin objek benda mati, seperti saat menceritakan istana kerajaan, kebun apel, dan lain-lain. Akan tetapi, walaupun yang menjadi objek itu adalah binatang, tumbuhan, dan benda mati, pada akhirnya kita juga perlu menginformasikan siapa orang-orang yang terkait dengan objek cerita Anda, semisal penjaga kebun, pemimpin Negara, penanggung jawab persoalan, dan seterusnya.
Kelima, pertanyaan WHEN atau kapan? Lebih detil menceritakan waktu kejadian perkara, tentunya akan lebih baik. Dan lagi akan lebih memperpanjang kalimat-kalimat Anda. Jadi, keakuratan pengingatan “jam tayang” kejadian akan amat membantu Anda dalam menuliskan beritanya. Mungkin akan lebih membantu juga, bila waktu kejadian itu dihubungkan dengan waktu kejadian perkara yang lain. Semisal, kejadiannya hari ini Anda hubungkan dengan kejadian serupa di minggu yang lalu, di tahun lalu, dan seterusnya.
Keenam, pertanyaan HOW atau bagaimana? Sebagian orang mengawinkan pertanyaan bagaimana dengan pertanyaan mengapa (WHY). Menjawab tentang bagaimana sebuah proses dari masalah pokok atau sesuatu kejadian yang Anda angkat dalam artikel terjadi. Menceritakan suatu kejadian yang dialami sendiri akan lebih mudah daripada menuliskan kejadian yang dialami oleh orang lain. Untuk itu, biasanya perlu bertanya pada orang yang menjadi objek cerita. Di sinilah peran penulis mewawancara sumber berita dibutuhkan. Jika tidak perlu wawancara, maka uraikan saja proses kejadian itu yang Anda ketahui. Kalau proses peristiwanya berdurasi cukup lama, tentunya tulisan Anda menjelaskan “bagaimana” akan menjadi panjang juga. Semakin lengkap akan semakin bagus.
Berikut contoh sebuah berita untuk sekedar jadi panduan para pendatang baru di dunia jurnalistik. Berita ini diurutkan mulai dari pertanyaan apa hingga unsur bagaimana. Anda bisa membolak-baliknya sesuai kebutuhan atau penekanan yang diinginkan. Namun umumnya pembaca ingin menerima informasi tentang “apa” terlebih dahulu, baru kemudian disusul informasi lanjutannya.
[nextpage title="Next"]
Judul artikel/berita: Perkawinan Massal di Desa Kenangan
Perkawinan adalah sesuatu yang diinginkan oleh hampir semua orang. Banyak orang malah ingin cepat-cepat menikah setelah ketemu pasangan atau jodohnya. Mereka berhasrat untuk berkeluarga dan membangun rumah tangga yang bahagia. Demikianlah juga bagi para warga desa Kenangan yang melangsungkan pernikahannya beberapa waktu lalu. (Unsur pertama: apa? Jawabannya: perkawinan).
Desa Kenangan adalah sebuah desa terpencil. Jauh dari kebisingan perkotaan. Terletak di kaki gunung Kayangan yang jarang sekali dikunjungi masyarakat dari luar. Kota terdekat yang biasanya dikunjungi warga Kenangan untuk belanja keperluan sehari-hari adalah Kota Nirwana. Karena jarang ada kendaraan umum, masyarakat menempuhnya dengan berjalan kaki ke kota yang biasanya membutuhkan waktu lebih dari setengah hari. (Unsur kedua: dimana? Jawabannya: desa Kenangan).
Umumnya pemuda dan pemudi di desa itu tumbuh bersama sejak masa kanak-kanak. Karena akses masyarakat ke desa itu agak sulit, maka muda-mudi di sana selalu berusaha mendapatkan jodoh dari antara sesama teman sepermainannya. Hal yang unik terjadi ketika mereka yang sebaya tersebut selalu bersepakat untuk menikah bersama-sama. Acara menikah massal ini juga dimaksudkan untuk memudahkan para pemuda dan orang tua mereka dalam urusan biaya pernikahan. (Unsur ketiga: mengapa? Karena mereka terdiri dari teman sebaya yang tumbuh bersama, jauh dari akses mencari pasangan dari daerah lain, dan biaya murah.)
Hari itu, Budiman (21) dan beberapa pasang kawannya melangsungkan pernikahan bersama atau massal. Budiman adalah lelaki bujang yang mempersunting Budiwati (20), gadis kembang desa teman sekelasnya di sekolah dasar dulu. (Unsur keempat: siapa? Pemuda-pemudi desa Kenangan. Secara khusus adalah Budiman, Budiwati, dan kawan-kawan.)
Saat itu adalah hari Senin pahing, tanggal 3 Juli 2006, penulis bersama seorang teman berkunjung ke desa ini. Cuaca cerah sepanjang hari. Rupanya di desa itu sedang ada pesta pernikahan bagi pasangan Budiman dan kawan-kawannya. Prosesi perkawinan dimulai dari pagi menjelang siang hari. Malam harinya dilanjutkan dengan acara muda-mudi ala desa Kenangan. (Unsur kelima: kapan? Jawabanya: Senin pahing, tanggal 3 Juli 2006, dari pagi hingga malam hari).
Seperti layaknya pesta di tempat lain, kemeriahan juga mewarnai pesta perkawinan massal di desa terpencil itu. Dari pagi, masyarakat berbondong-bondong ke balai desa untuk persiapan prosesi perkawinan beberapa warga muda-mudi mereka. Masyarakat bekerja bergotong-royong dalam menyemarakkan pesta tersebut. Kelompok musik desa juga berpartisipasi sehingga keramaian makin menggema oleh alunan musik pengiring pasangan-pasangan mempelai yang sedang dinikahkan. Kegiatan ini berlangsung sangat meriah hingga larut malam sambil ditemani penganan, makanan dan minuman ala desa Nusantara. (Unsur keenam: bagaimana? Jawabannya: gotong royong dan meriah).
Dari contoh di atas, kata-kata kunci yang menjadi jawaban untuk kelima unsur 5W+1H dapat diurutkan sebagai berikut:
- What? Jawabannya: perkawinan.
2. Where? Jawabannya: di desa Kenangan.
3. Why? Jawabnya: karena teman-teman sebaya
4. Who? Jawabannya: Budiman dan Budiwati.
5. When? Jawabannya: Senin, 3 Juli 2006.
6. How?Jawabannya: dengan cara bergotong-royong dan meriah.
[nextpage title="Next"]
Ketika Anda sudah bisa menyusun pertanyaan dan jawaban seperti ini, maka akan memudahkan dalam menuangkan beritanya dalam bentuk tulisan. Masing-masing pertanyaan tidak harus untuk satu paragraf. Bisa saja 2 pertanyaan dicakup dalam satu paragraf saja. Atau sebaliknya satu pertanyaan dituangkan dalam 2 atau 3 paragraf.
Untuk dunia pendidikan misalnya, Anda dapat mengulas kegiatan yang berlangsung di sekolah Anda. Contoh pertanyaan dapat seperti ini:
Topik atau judul : Pelatihan Ketrampilan Komputer Bagi Guru
- What? Jawabannya: pelatihan komputer.
2. Where? Jawabannya: di SD Swasta Nirwana.
3. Why? Jawbannya : karena ketrampilan menggunakan komputer sangat diperlukan.
4. Who? Jawabannya: Guru dan Karyawan.
5. When? Jawabannya: Senin – Sabtu, 3 – 8 Juli 2006.
6. How? Jawabannya: praktek langsung menggunakan komputer.
Bagi mereka yang berminat jadi reporter olahraga atau kegiatan sejenis, semisal pementasan kejuaraan seni, lomba nyanyi, dan sebagainya, juga dapat mengikuti formula itu. Sebagai contoh, simak urutan pertanyaan dan jawaban berikut. Perlu diingat bahwa urutan itu boleh bertukar satu sama lain, yang jelas kelima unsurnya termuat dalam tulisan Anda.
Topik atau judul : Lomba Seni Lukis Antar SD di Kota Nirwana
- What? Jawabannya: lomba seni lukis.
2. Where? Jawabannya: di kantor walikota.
3. Why? Jawabannya: meningkatkan minat di bidang seni lukis
4. Who? Jawabannya: murid-murid SD.
5. When? Jawabannya: Senin, 3 Juli 2006.
6. How? Jawabannya: menggambar pemandangan menggunakan rumput kering.
Keraguan lain yang sering muncul adalah bahwa kita sering bertanya apakah ide itu layak untuk ditulis atau tidak. Hakekatnya, semua hal bisa ditulis, bagaimanapun sederhananya ide itu. Bila pernah terdengar kalimat ini “anjing gigit orang, bukan berita; orang gigit anjing, itu baru berita.” Maksud utama ungkapan itu adalah, bahwa kejadian yang terjadi berulang-ulang dan sudah biasa dianggap tidak bernilai berita. Walaupun sesungguhnya tidak selamanya benar. Menceritakan kegiatan rutin belajarmengajar di kelas, tentu tidak menarik. Tetapi jika hari itu kegiatan belajarnya berbeda dari hari-hari lainnya, semisal dilakukan dengan mengunjungi panti jompo, maka ia bernilai berita. Demikianlah juga pada kegiatan bidang lainnya.
Kualitas tulisan akan berangsur meningkat ketika Anda selalu dan selalu tanpa henti menulis ide yang ada di pikiran Anda. Banyak membaca buku dan tulisan orang lain akan sangat membantu meningkatkan daya imajinasi penulisan berikutnya. Perlu juga dilakukan analisa dan kritik sendiri tulisan Anda, benahi disisi-sisi yang terasa masih bisa ditambahkan informasinya. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi kemajuan para Penulis pemula.
Penulis: Wilson Lalengke, Ketua Umum PPWI
Sumber: pewarta-indonesia.com