NUSANTARAEXPRESS, LAMONGAN - Dua siswa SMAN 1 Lamongan berhasil merebut medali perak dalam kejuaraan internasional. Yakni olimpiade internasional karya tulis ilmiah di bidang teknologi informasi yang berlangsung di Rumania.
Dua pelajar tersebut yakni John Owen Danuarta dan Annida Vebiana Asyhuri. Pelajar kelas XI itu berhasil menyisihkan ratusan pesaingnya dari berbagai negara. Mereka membawa pulang medali perak berkat penelitian tentang Internet of Things (IoT) dengan judul Implementation of Internet of Things (IoT) on 'Kebunku' Application Based on Android and Strawberry Garden Treatment System Based on Android.
"Ini adalah penelitian berbasis IT dengan pendekatan ilmiah yang terfokus pada jenis pemrograman dengan memanfaatkan android sebagai pengendali utama," kata sang ketua kelompok John Owen dalam perbincangannya dengan wartawan.
Menurut John, melalui sebuah program Android akan terkoneksi dengan arduino yang sudah tersistem dengan aplikasi khusus yang tersimpan dalam server. Aplikasi itu memberikan 3 manfaat. Yaitu sebagai penyiraman, pemupukan dan pencahayaan.
"Arduino terkoneksi dengan android, sehingga pengendalian untuk tiga keuntungan tadi bisa dilakukan melalui android," imbuh John.
Selain itu, keuntungan lain dari aplikasi ini adalah bisa membaca kelembapan udara melalui sensor otomatis. Lalu, kata John, aplikasi itu juga dilengkapi indikator kelembapan tanah, indikator air dalam tangki, dan intensitas cahaya yang menjadi obyek utama penelitian.
"Semuanya memang tersistem supaya petani tidak repot lagi," tambah Annnida.
Lalu, mengapa mereka memilih tanaman strawberry? Annida mengaku, penerapan sengaja dilakukan di kebun stroberi karena tanaman tersebut hanya hidup di suhu udara tertentu. Sehingga dengan aplikasi ini, petani bisa dengan mudah mengatur suhu, air atau lainnya secara otomatis melalui aplikasi.
"Pemupukan dengan menggunakan water pam bisa dikendalikan oleh sistem dan pekerjaan lainnya. Jadi, aplikasi ini bukan hanya pengingat, tapi pekerjaannya juga bisa di handle dengan aplikasi berbasis android ini," papar John.
Saat menjadi perwakilan Indonesia, John dan Annida mengaku sangat bangga. Apalagi mereka harus berkompetisi dengan setidaknya 36 negara lainnya.
John mengaku mereka sempat khawatir jika berbuat kesalahan. Pasalnya, persiapan yang mereka lakukan sangat singkat usai mereka memenangi ISPO di Tangerang Maret lalu.
"Kami terus memantapkan makalahnya, termasuk memperbaiki gaya bahasanya," kata Annida yang ketika di Rumania bertanding di International School of Bucharest, Rumania.
Berkompetisi di Rumania, John dan Annida hanya membawa arduino, android, dan prototype makalahnya. Mereka melakukan presentasi selama sepuluh menit dan pameran selama tiga hari memberinya banyak pengalaman. Berkompetisi di luar negeri, menurut John, membuat mereka semakin termotivasi untuk melakukan penelitian lebih banyak lagi.
"Bertemu banyak teman dari negara-negara lain, sempat tanya-tanya penelitian mereka dan kita akhirnya termotivasi," ujar John.
Proses pembuatan aplikasi cukup simple. Menyiapkan sistem arduino uno. Node MCU (online) sebagai wifinya untuk mendeteksi rute. Supaya komunikasi antara arduino dan android bisa lebih mudah. Menggunakan relay sebagai kontrol. Serta menggunakan lampu khusus pertumbuhan. Sensor cahaya, kelembapan tanah, dan ultrasonic untuk melihat ketinggian.
"Kesulitannya ada tapi banyak melakukan konsultasi dengan kakak tingkat dan pendamping," lanjut Addinda.
Kepala SMAN 1 Lamongan Kiswanto menuturkan, lomba karya tulis ilmiah ini sudah menjadi ekstra kebanggaan sekolah. Karena hampir setiap bulan selalu menelurkan penghargaan baru.
"Ini merupakan ketiga kalinya pelajar Smasa yang mewakili Indonesia di kancah dunia," katanya.
Terakhir ini, lanjut Kiswanto, perlombaan Karya Tulis Ilmiah (KTI) di Rumania ini diikuti oleh 36 negara di seluruh dunia. Sekolah memberikan reward kepada dua pelajar yang telah mengharumkan namna Indonesia di kancah dunia itu.
"Salah satunya, kami akan membebaskan biaya sumbangan sekolah dan memberikan penghargaan sendiri pada anak didik kami," pungkasnya. [sun/bdh]
Dua pelajar tersebut yakni John Owen Danuarta dan Annida Vebiana Asyhuri. Pelajar kelas XI itu berhasil menyisihkan ratusan pesaingnya dari berbagai negara. Mereka membawa pulang medali perak berkat penelitian tentang Internet of Things (IoT) dengan judul Implementation of Internet of Things (IoT) on 'Kebunku' Application Based on Android and Strawberry Garden Treatment System Based on Android.
"Ini adalah penelitian berbasis IT dengan pendekatan ilmiah yang terfokus pada jenis pemrograman dengan memanfaatkan android sebagai pengendali utama," kata sang ketua kelompok John Owen dalam perbincangannya dengan wartawan.
Menurut John, melalui sebuah program Android akan terkoneksi dengan arduino yang sudah tersistem dengan aplikasi khusus yang tersimpan dalam server. Aplikasi itu memberikan 3 manfaat. Yaitu sebagai penyiraman, pemupukan dan pencahayaan.
"Arduino terkoneksi dengan android, sehingga pengendalian untuk tiga keuntungan tadi bisa dilakukan melalui android," imbuh John.
Selain itu, keuntungan lain dari aplikasi ini adalah bisa membaca kelembapan udara melalui sensor otomatis. Lalu, kata John, aplikasi itu juga dilengkapi indikator kelembapan tanah, indikator air dalam tangki, dan intensitas cahaya yang menjadi obyek utama penelitian.
"Semuanya memang tersistem supaya petani tidak repot lagi," tambah Annnida.
Lalu, mengapa mereka memilih tanaman strawberry? Annida mengaku, penerapan sengaja dilakukan di kebun stroberi karena tanaman tersebut hanya hidup di suhu udara tertentu. Sehingga dengan aplikasi ini, petani bisa dengan mudah mengatur suhu, air atau lainnya secara otomatis melalui aplikasi.
"Pemupukan dengan menggunakan water pam bisa dikendalikan oleh sistem dan pekerjaan lainnya. Jadi, aplikasi ini bukan hanya pengingat, tapi pekerjaannya juga bisa di handle dengan aplikasi berbasis android ini," papar John.
Saat menjadi perwakilan Indonesia, John dan Annida mengaku sangat bangga. Apalagi mereka harus berkompetisi dengan setidaknya 36 negara lainnya.
John mengaku mereka sempat khawatir jika berbuat kesalahan. Pasalnya, persiapan yang mereka lakukan sangat singkat usai mereka memenangi ISPO di Tangerang Maret lalu.
"Kami terus memantapkan makalahnya, termasuk memperbaiki gaya bahasanya," kata Annida yang ketika di Rumania bertanding di International School of Bucharest, Rumania.
Berkompetisi di Rumania, John dan Annida hanya membawa arduino, android, dan prototype makalahnya. Mereka melakukan presentasi selama sepuluh menit dan pameran selama tiga hari memberinya banyak pengalaman. Berkompetisi di luar negeri, menurut John, membuat mereka semakin termotivasi untuk melakukan penelitian lebih banyak lagi.
"Bertemu banyak teman dari negara-negara lain, sempat tanya-tanya penelitian mereka dan kita akhirnya termotivasi," ujar John.
Proses pembuatan aplikasi cukup simple. Menyiapkan sistem arduino uno. Node MCU (online) sebagai wifinya untuk mendeteksi rute. Supaya komunikasi antara arduino dan android bisa lebih mudah. Menggunakan relay sebagai kontrol. Serta menggunakan lampu khusus pertumbuhan. Sensor cahaya, kelembapan tanah, dan ultrasonic untuk melihat ketinggian.
"Kesulitannya ada tapi banyak melakukan konsultasi dengan kakak tingkat dan pendamping," lanjut Addinda.
Kepala SMAN 1 Lamongan Kiswanto menuturkan, lomba karya tulis ilmiah ini sudah menjadi ekstra kebanggaan sekolah. Karena hampir setiap bulan selalu menelurkan penghargaan baru.
"Ini merupakan ketiga kalinya pelajar Smasa yang mewakili Indonesia di kancah dunia," katanya.
Terakhir ini, lanjut Kiswanto, perlombaan Karya Tulis Ilmiah (KTI) di Rumania ini diikuti oleh 36 negara di seluruh dunia. Sekolah memberikan reward kepada dua pelajar yang telah mengharumkan namna Indonesia di kancah dunia itu.
"Salah satunya, kami akan membebaskan biaya sumbangan sekolah dan memberikan penghargaan sendiri pada anak didik kami," pungkasnya. [sun/bdh]
Sumber: Detik.com